Pacu Diversifikasi Produk Kelapa Sawit, Manfaatnya Sampai ke Industri Kerajinan dan Batik
Font: Ukuran: - +
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi. [Foto: dok. kemenperin]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kementerian Perindustrian terus mendorong peningkatan nilai tambah kelapa sawit agar menjadi produk turunan yang memiliki nilai jual tinggi. Upaya hilirisasi ini mempertahankan posisi Indonesia sebagai negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, dengan jumlah 45,5 juta metrik ton per tahun.
“Hilirisasi kelapa sawit dapat menghasilkan produk yang berguna bagi industri kerajinan dan batik. Produk turunan kelapa sawit seperti stearin dan bahkan limbah berupa cangkang kelapa sawit bisa dimanfaatkan sebagai pembuatan bahan perintang warna (malam batik) dan zat pewarna batik alami,” kata Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi dalam keterangan tertulisnya, Jumat (30/8/2024).
Selain limbah cangkang kelapa sawit, lidi dari kelapa sawit juga bermanfaat untuk diolah menjadi berbagai produk seni melalui keterampilan anyaman karena memiliki karakter serat yang lebih kuat sehingga mudah dibentuk. Salah satu daerah yang memiliki luasan perkebunan kelapa sawit yang besar adalah Provinsi Kalimantan Selatan.
Melansir data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) Kalimantan Selatan, luas lahan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Selatan mencapai 427.000 hektare, sehingga daerah ini memiliki potensi sumber daya yang mencukupi untuk pengembangan industri kerajinan dan batik berbasis kelapa sawit.
Potensi tersebut yang mendorong diselenggarakannya kegiatan Promosi Diversifikasi Produk Kelapa Sawit di wilayah Kalimantan Selatan dan Promosi Halal Produk Turunan Kelapa Sawit melalui Workshop Halal, Batik dan Kerajinan Anyaman selama empat hari, tanggal 21-24 Agustus 2024 di Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Kegiatan tersebut terselenggara atas kerja sama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dengan dua satuan kerja di bawah binaan BSKJI, yaitu Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJIKB) Yogyakarta serta Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Banjarbaru dengan dengan didukung Dinas Perindustrian Provinsi Kalimantan Selatan.
Kepala BBSPJIKB, Budi Setiawan menuturkan outcome dari kegiatan ini diharapkan mampu mendorong tiga puluh tenaga terampil yang kompeten di Provinsi Kalimantan Selatan yang bersertifikasi profesi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi untuk bisa memanfaatkan potensi dari sawit untuk industrinya.
“Skema sertifikasi yang kami siapkan adalah skema Pembuatan Kain Batik Tulis (lima unit kompetensi - SKKNI Nomor 104 Tahun 2018) dan Skema Pembuatan Kerajinan Serat Alam Non-Tekstil/anyaman (sepuluh unit kompetensi sesuai SKKNI Nomor 82 Tahun 2016 dan Nomor 141 Tahun 2016). Dengan memiliki sertifikasi kompetensi maka para pelaku industri ini juga memiliki bekal dalam mengajarkan ilmu yang mereka miliki kepada masyarakat,” jelas Budi.
Industri halal turunan kelapa sawit
UU Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (UU JPH) mengamanatkan bahwa seluruh produk yang beredar di Indonesia wajib bersertifikat halal. Selain itu, besarnya populasi umat muslim di Indonesia serta meningkatnya kesadaran terhadap nilai-nilai etika Islam yang berkaitan dengan konsumsi produk sehingga mendorong tumbuhnya industri halal. Salah satu kategori produk yang nantinya diwajibkan memiliki sertifikat halal adalah produk batik yang termasuk dalam kategori barang gunaan.
Dalam proses pembuatan produk tersebut, salah satu titik kritis terkait kehalalannya adalah penggunaan malam batik hewani dalam proses perintangan warna. Sehingga dengan mengganti malam hewani dengan menggunakan malam batik nabati dari kelapa sawit dapat menjadi solusi untuk bisa meraih sertifikat halal.
Pada kesempatan ini, Anwar Sadat selaku Senior Analis Divisi UKMK BPDPKS mengungkapkan bahwa salah satu tugas Direktorat Kemitraan BPDPKS adalah melaksanakan program pengelolaan kemitraan untuk pengembangan kelapa sawit berkelanjutan. Di samping untuk mendorong industri batik dalam memanfaatkan potensi dan limbah dari perkebunan kelapa sawit, kegiatan ini juga sebagai langkah promosi positif strategis wujud keberpihakan Pemerintah Indonesia pada industri kelapa sawit nusantara. Diketahui bahwa komoditi kelapa sawit indonesia mendapatkan serangan negatif dari negara-negara Eropa beberapa waktu lalu.
“Tujuan program promosi ini adalah meningkatkan citra nilai produk kelapa sawit dengan highlight sisi kehalalan minyak nabati untuk berbagai produk, salah satunya produk batik yang termasuk klasifikasi barang gunaan. Diharapkan melalui kegiatan pemanfaatan produk turunan dan limbah kelapa sawit untuk industri kerajinan dan batik dapat membantu mengangkat citra kelapa sawit nusantara di mata internasional,” jelas Anwar.
Pada Kegiatan Promosi Diversifikasi Produk Kelapa Sawit di wilayah Kalimantan Selatan dan Promosi Halal Produk Turunan Kelapa Sawit, dibuka secara langsung oleh Kepala BBSPJIKB Budi Setiawan. Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala BSPJI Banjarbaru, Marzuki Marnala Sinambela, Senior Analis Divisi UKMK BPDPKS Anwar Sadat dan Ira Usdiana Saputri, Pembina Industri di BBSPJIKB, Aan Eddy Antana, Kepala Bidang Sarana Prasarana dan Pemberdayaan Industri Dinas Perindustrian Provinsi Kalimantan Selatan, Kris Wibowo serta para instruktur batik dan kerajinan dari BBSPJIKB.
“Kegiatan workshop batik dan kerajinan di Provinsi Kalimantan Selatan ini merupakan bagian dari rangkaian Program Promosi Diversifikasi Produk Kelapa Sawit. Direncanakan kegiatan selanjutnya akan di dilaksanakan di wilayah Jawa Timur pada bulan September 2024,” pungkas Budi. [*]
- Investasi di Jawa Tengah, Produsen Keramik Lokal Siap Penuhi Pasar Domestik dan Ekspor
- Kemenperin Dorong Pemanfaatan Hidrogen dalam Pengembangan Energi Terbarukan
- Perluas Pasar Non-Tradisional, Industri Furnitur Bukukan Nilai Komitmen Rp17 Miliar di India
- Pertama di Indonesia, Kemenperin Buka Kelas Industri Baja Cetak SDM Kokoh