Pengusaha Muda Aceh Keluhkan Dampak Delay Penerbangan terhadap Ekspor Ikan Hidup
Font: Ukuran: - +
Reporter : Arn
DIALEKSIS.COM | Aceh - Pengusaha muda asal Aceh, Syahril Ramadhan, mengungkapkan keprihatinannya terhadap ketidakpastian jadwal penerbangan yang berdampak serius pada bisnis ekspor ikan hidup dari Aceh ke Malaysia. Delay penerbangan yang mencapai hingga 4 jam pada rute Banda Aceh-Kuala Lumpur menurutnya telah menimbulkan risiko signifikan bagi kelangsungan bisnis.
"Dalam dunia perikanan live fish, waktu adalah emas. Semakin singkat durasi pengiriman, semakin baik untuk kelangsungan hidup komoditas," ujar Syahril seperti kutip Dialeksis.com (29/10/2024) di laman facebooknya.
Syahril memaparkan pengalamannya menggunakan penerbangan AirAsia AK420 yang seharusnya berangkat pukul 16.15 WIB, namun mengalami delay hingga pukul 20.15 WIB. Akibatnya, pengiriman yang seharusnya tiba di farm Port Dickson pada pukul 00.00 waktu Malaysia, baru sampai pukul 06.00 pagi.
"Secara global, pengiriman makhluk hidup melalui udara idealnya dilakukan pagi hari untuk memastikan konektivitas antar penerbangan dan pelayanan optimal dari otoritas bandara," jelasnya.
Pengusaha yang fokus pada ekspor ikan hidup ini mengaku terpaksa mengambil risiko tinggi karena keterbatasan pilihan penerbangan dari Aceh ke Kuala Lumpur.
"Hanya ada penerbangan sore menuju KL yang beroperasi setiap hari, yaitu AirAsia. Sementara maskapai lain seperti Super Air Jet belum membuka layanan kargo dari Aceh," tambahnya.
Foto: facebook/Syahril RamadhanSyahril menyoroti kondisi ini sebagai gambaran tantangan yang dihadapi pengusaha lokal dalam mengembangkan bisnis di Aceh. Ia mempertanyakan peran pemerintah daerah dalam mengoptimalkan Undang-Undang Kekhususan Aceh untuk mendukung sektor bisnis.
"Ini bukan sekadar masalah delay penerbangan, tapi mencerminkan dilema yang lebih besar tentang bagaimana masa depan bisnis di Aceh dapat berkembang di tengah berbagai keterbatasan infrastruktur," pungkasnya.