Kamis, 19 Juni 2025
Beranda / Ekonomi / Perang Iran-Israel Ganggu Rantai Pasok, Menperin: Industri Harus Siap

Perang Iran-Israel Ganggu Rantai Pasok, Menperin: Industri Harus Siap

Rabu, 18 Juni 2025 11:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Indri

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengingatkan, lonjakan harga energi dan gangguan logistik global mengancam daya saing industri manufaktur. [Foto: dok. Kemenperin]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Konflik bersenjata Iran-Israel mulai mengguncang sektor industri Indonesia. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengingatkan, lonjakan harga energi dan gangguan logistik global mengancam daya saing industri manufaktur.

"Industri harus hemat energi, mandiri, dan siap menghadapi gangguan pasokan global," tegas Agus dalam pernyataan resmi yang diterima pada Rabu (18/6/2025).

Harga minyak dunia melonjak imbas terganggunya produksi Iran dan potensi penutupan Selat Hormuz. Sementara jalur logistik seperti Terusan Suez terhambat, membuat ongkos kontainer naik hingga 200%.

Sektor otomotif dan elektronik menghadapi kelangkaan komponen, sementara tekstil dan alas kaki kehilangan margin. Ekspor nikel juga berisiko rugi miliaran dolar akibat pengiriman tertunda dan regulasi karbon Uni Eropa.

"Solusinya hilirisasi dan diversifikasi energi. Kita harus kurangi impor, manfaatkan energi lokal seperti bioenergi dan limbah industri," kata Agus.

Pemerintah mendorong industri memanfaatkan skema Local Currency Settlement (LCS) untuk mengurangi tekanan nilai tukar akibat ketegangan geopolitik global.

"Ini momentum perkuat industri nasional. Bukan sekadar bertahan, tapi jadi lebih mandiri dan kompetitif," tutup Agus.

Meski tantangan besar, Menperin menilai situasi ini bisa jadi momentum strategis untuk mempercepat transformasi industri dalam negeri.

"Kita harus mengambil pelajaran dari krisis ini. Sudah saatnya industri Indonesia lebih mandiri, efisien, dan berdaya saing tinggi," kata Agus.

Pemerintah, menurutnya, siap memberikan insentif, kemudahan investasi, dan dukungan kebijakan fiskal untuk mewujudkan ketahanan energi dan pangan nasional.

"Ketahanan itu bukan hanya tugas sektor pertanian atau energi, tapi industri juga harus jadi garda terdepan. Ini bukan pilihan, tapi keharusan," pungkasnya. [in]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
dpra