Selasa, 06 Mei 2025
Beranda / Ekonomi / Ratusan Toko Tutup, KADIN Sebut Pasar Aceh dalam Kondisi Memprihatinkan

Ratusan Toko Tutup, KADIN Sebut Pasar Aceh dalam Kondisi Memprihatinkan

Senin, 05 Mei 2025 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

Direktur Eksekutif KADIN Kota Banda Aceh, Muhammad Luthfi, menyampaikan sambutan dalam Rapat Pimpinan (RAPIM) KADIN Kota Banda Aceh yang digelar di Hermes Hotel, Senin, 5 Mei 2025. Foto: Nora/Dialeksis


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Direktur Eksekutif Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kota Banda Aceh, Muhammad Luthfi, mengungkapkan kondisi memprihatinkan yang tengah melanda Pasar Aceh. Dari total 500 unit toko yang ada, sebanyak 285 di antaranya memilih tutup karena sepi pembeli dan rendahnya daya beli masyarakat.

“Ini menjadi PR besar. Pasar Aceh adalah salah satu ikon di provinsi ini, tapi kondisinya hari ini sangat memprihatinkan,” kata Luthfi saat menyampaikan sambutan dalam Rapat Pimpinan (RAPIM) KADIN Kota Banda Aceh yang digelar di Hermes Hotel, Senin, 5 Mei 2025.

Menurut Luthfi, persoalan di Pasar Aceh bukan hanya soal banyaknya toko tutup, tetapi juga menyangkut minimnya fasilitas yang tersedia. 

Ia mendorong Pemerintah Kota Banda Aceh untuk menghadirkan konsep pasar yang lebih tematik dan modern, seperti rooftop market yang bisa dikerjasamakan dengan pihak swasta.

“Kondisi ini juga menandakan perlunya transformasi ke arah digital. Pedagang harus diberi pelatihan untuk mengembangkan usahanya secara online. Di sini peran KADIN adalah membantu mempercepat proses itu,” ujar Luthfi.

Tak hanya soal toko, Luthfi juga menyoroti persoalan Pedagang Kaki Lima (PKL). Ia meminta pemerintah tidak hanya melakukan penertiban tanpa menyediakan solusi tempat berjualan yang layak. 

KADIN, kata dia, siap hadir untuk membantu penataan PKL, termasuk melalui sistem kemitraan berbasis bagi hasil.

“Kita perlu solusi. Kalau memang pemerintah tidak punya dana, KADIN siap berkolaborasi. Kita bantu atur PKL, tinggal sharing profit nantinya,” ujarnya.

Masalah lainnya yang turut disoroti dalam RAPIM KADIN adalah soal akses permodalan yang masih sangat terbatas. Meski di Banda Aceh telah ada Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Mahirah Muamalah, namun banyak pedagang enggan mengakses pembiayaan dari lembaga tersebut.

“Pedagang lebih memilih menjual mobil atau rumah daripada pinjam ke LKMS. Mereka khawatir malah makin berat. Ini sinyal bahwa pendekatan yang dilakukan masih belum tepat,” kata Luthfi.

Untuk itu, KADIN mendukung upaya pemerintah menghadirkan koperasi modern yang lebih inklusif, selaras dengan proyek nasional Koperasi Merah Putih. 

“Konsep koperasi plus ini bisa menjadi jawaban bagi permodalan rakyat. KADIN akan menjadi bagian dari inisiatif tersebut,” tutupnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
penghargaan mualem
diskes
hardiknas