Senin, 22 September 2025
Beranda / Ekonomi / Rektor UTU: Kehadiran Pasar Modern Bukti Daerah Siap Bersaing

Rektor UTU: Kehadiran Pasar Modern Bukti Daerah Siap Bersaing

Senin, 22 September 2025 21:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Rektor Universitas Teuku Umar (UTU), Prof. Dr. Ishak Hasan. Foto: for Dialeksis 


DIALEKSIS.COM | Meulaboh - Rektor Universitas Teuku Umar (UTU), Prof. Dr. Ishak Hasan, M.Si, menegaskan kehadiran pasar modern seperti Indomaret dan Alfamart merupakan sebuah keniscayaan dalam masyarakat yang semakin berkembang. 

Menurutnya, menutup diri dari kehadiran pasar modern justru akan membuat daerah tertinggal dari dinamika ekonomi.

“Provinsi Sumatera Barat juga kurang maju tanpa kehadiran pasar modern. Padahal, pasar modern bisa menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi dan sekaligus mengajarkan persaingan yang sehat,” kata Prof. Ishak kepada Dialeksis, Senin (22/9/2025).

Selain itu, kata dia, kehadiran pasar modern juga menunjukkan bahwa daerah tersebut terbuka dan ramah terhadap investasi dari luar, bukan wilayah yang eksklusif atau tertutup.

Prof. Ishak menjelaskan, model bisnis yang dijalankan Indomaret dan pasar modern lainnya umumnya terbagi dalam dua pola. Pertama, sistem franchise atau bagi hasil, di mana pemilik usaha juga bisa berasal dari masyarakat lokal. Kedua, sistem sewa ruko yang hasilnya langsung dinikmati pemilik bangunan di daerah.

“Selain itu, tenaga kerja yang direkrut pun sebagian besar adalah putra daerah. Jadi perputaran uang dan manfaat ekonomi tetap kembali kepada masyarakat setempat,” jelasnya.

Menurut Prof. Ishak, kehadiran pasar modern tidak serta-merta merugikan pasar tradisional. Justru, persaingan memacu pelaku pasar tradisional untuk berbenah, terutama dalam aspek layanan dan rantai pasok.

“Pasar modern memberi pelajaran penting. Mereka disiplin soal kualitas layanan dan ketepatan pasokan. Pemerintah daerah seharusnya hadir untuk mengajar dan membantu pengusaha pasar tradisional memperkuat dua hal ini,” tegasnya.

Ia menambahkan, pasar modern juga melengkapi kebutuhan masyarakat yang tidak selalu bisa dipenuhi pasar tradisional. Misalnya, barang-barang dengan masa kedaluwarsa singkat atau produk dengan rantai pasok yang kompleks.

Mengutip teori Adam Smith, Prof. Ishak menegaskan semakin jauh masyarakat menghindari model pasar persaingan, semakin tidak efisien perekonomian yang terbentuk.

“Tidak ada persaingan, maka tidak ada inovasi. Tidak ada inovasi, maka kualitas hidup tidak akan meningkat. Yang perlu ditakuti bukanlah persaingan, tetapi praktik oligopoli dan monopoli yang justru merusak perekonomian,” ujarnya.

Menurutnya, hukum ekonomi akan terus berjalan. Pelaku pasar modern akan masuk jika ada permintaan dan potensi daya beli masyarakat. 

“Seperti air yang mengalir, the invisible hand akan bekerja jika ada kebebasan dan kompetisi,” tambahnya.

Lebih jauh, Rektor UTU menekankan pentingnya peran pemerintah daerah dalam memastikan persaingan berlangsung sehat. Otoritas, katanya, bisa melindungi masyarakat dengan memperkuat daya beli, menyediakan skema permodalan, memperbaiki infrastruktur layanan, meningkatkan manajemen usaha, serta membangun rantai pasokan yang lebih kuat.

“Dengan begitu, masyarakat tidak hanya menjadi penonton dalam arus modernisasi, tetapi justru menjadi pemain yang mampu beradaptasi. Pasar modern dan pasar tradisional bisa tumbuh bersama, saling melengkapi, dan memperkuat ekonomi daerah,” tutup Prof. Ishak.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
bpka - maulid