Minggu, 23 November 2025
Beranda / Ekonomi / Sering Tidak Sesuai Gambar, Pembeli Diminta Lebih Teliti Beli Barang di Marketplace

Sering Tidak Sesuai Gambar, Pembeli Diminta Lebih Teliti Beli Barang di Marketplace

Minggu, 23 November 2025 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Iwan, seorang kurir sekaligus pengantar paket dari Ekspedisi Ninja Express, Banda Aceh. Dokumen untuk dialeksis.com.


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Maraknya transaksi pembelian barang melalui marketplace membawa kemudahan bagi masyarakat. 

Namun, di balik kemudahan tersebut, masih banyak keluhan terkait kualitas barang yang tidak sesuai dengan gambar promosi. Akibatnya, pembeli kerap mengalami kesulitan saat ingin melakukan pengembalian (return) karena kurangnya bukti yang valid saat paket diterima.

Hal ini diungkapkan oleh Iwan, seorang kurir sekaligus pengantar paket dari Ekspedisi Ninja Express, Banda Aceh yang setiap harinya berhadapan langsung dengan pelanggan yang melakukan transaksi tersebut. 

Ia menegaskan pentingnya edukasi bagi pembeli agar lebih teliti dalam proses pemesanan dan penerimaan barang.

Menurut Iwan, banyak pelanggan yang merasa kecewa karena barang yang diterima tidak sesuai dengan pesanan, namun tidak dapat memproses pengembalian akibat tidak adanya bukti yang diminta pihak marketplace.

“Sering kali pelanggan mengeluh karena barangnya tidak sesuai dengan yang ada di gambar. Tapi saat mereka ingin return, marketplace minta bukti video unboxing. Kalau tidak ada video itu, otomatis permintaan pengembalian tidak bisa diproses,” ujar Iwan.

Ia menambahkan bahwa kebijakan tersebut bukan berasal dari pihak ekspedisi, melainkan dari sistem marketplace yang kini lebih ketat dalam validasi komplain demi mencegah penipuan.

Iwan juga menyoroti masalah lain yang sering muncul: penyalahgunaan nama ekspedisi Ninja Express oleh oknum tertentu. Tidak jarang pelanggan menanyakan paket yang disebut-sebut sudah di Ninja padahal belum sampai di gudang ekspedisi.

“Banyak yang bilang paketnya sudah di Ninja, tapi saat dicek belum ada di sistem kami. Bisa jadi itu hanya status otomatis dari marketplace atau kesalahan input. Ini sering bikin pelanggan salah paham,” ungkapnya.

Kondisi tersebut, menurut Iwan, kerap menimbulkan konflik antara pembeli dan kurir, padahal kurir hanya menjalankan tugas mengantar paket yang sudah diterima dari pihak gudang.

Tidak jarang kurir menjadi sasaran kekesalan pembeli ketika paket bermasalah, rusak, atau telat. Padahal, kerusakan atau kesalahan bukan berada pada tanggung jawab pengantar lapangan.

“Kadang pelanggan marah-marah ke kami. Padahal barang rusak biasanya sudah terjadi sejak dari penjual atau pusat sortir. Kami di lapangan cuma memastikan barang sampai ke alamat,” jelasnya.

Untuk itu, Iwan berharap masyarakat dapat lebih memahami proses logistik yang panjang serta memanfaatkan fitur pelaporan dengan prosedur yang benar.

Iwan mengajak semua pengguna marketplace agar lebih cermat sebelum memesan barang, termasuk membaca ulasan, memilih toko terpercaya, dan melakukan dokumentasi penerimaan paket.

Ia berharap edukasi ini dapat mengurangi kesalahpahaman antara kurir dan pembeli serta meningkatkan kenyamanan belanja online di Aceh dan Indonesia pada umumnya.

“Saat paket datang, sebaiknya direkam saat membuka. Supaya kalau ada masalah, ada bukti kuat untuk return. Saat membeli, baca review dan cek rating penjual. Jangan tergiur harga murah dan foto yang bagus saja,” tutup Iwan.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI