Wamendag: Surplus Perdagangan Terjaga, Indonesia Optimis Mampu Bersaing di Pasar Global
Font: Ukuran: - +
Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga memberikan kuliah umum dengan tema “Politik Perdagangan Internasional dan Pembangunan Berkelanjutan“ kepada mahasiswa pascasarjana Universitas Pelita Harapan (UPH). [Foto: Humas Kemendag]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga menyampaikan bahwa surplus perdagangan di Indonesia tetap terjaga. Ia pun optimis Indonesia mampu bersaing di pasar global.
“Pada Triwulan I-2024 Indonesia berhasil mencatatkan surplus sebesar USD10,1 miliar. Surplus neraca perdagangan juga terjaga selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Pada periode Januari-Juli 2024, surplus neraca perdagangan sudah mencapai USD15,92 miliar. Dari sisi daya saing global, peringkat Indonesia dalam Indeks Daya Saing Global 2024 juga menunjukkan peningkatan yang signifikan,” ujar Jerry dikutip dari siaran pers yang diterima, Ahad (24/8/2024).
Jerry juga menyampaikan bahwa inflasi Indonesia relatif terkendali dan bahkan lebih rendah dari beberapa negara lainnya. Inflasi tahunan pada Agustus 2024 sebesar 2,1 persen (YoY). Selain itu, kinerja perdagangan Indonesia juga relatif terjaga, meskipun mengalami pelemahan ekspor tapi tetap mencatat surplus neraca perdagangan secara berkelanjutan.
“Di tengah ketidakpastian ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2024 mampu tumbuh 5,05 persen (YoY), lebih tinggi dari negara-negara maju seperti Korea Selatan, Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa,” ujarnya.
Jerry menyoroti beberapa peluang dan tantangan yang dihadapi untuk menjaga momentum tersebut, antara lain pergeseran status ekonomi berbagai negara-negara kurang berkembang; pergeseran demografi penduduk dunia; gangguan logistik, distribusi, dan rantai pasok; perkembangan geopolitik global, termasuk praktik untuk mengalihkan rantai pasokan ke negara sekutu dalam konsep perdagangan internasional dan praktik memisahkan atau mengurangi ketergantungan pada rantai pasok global.
Selain itu, Jerry juga melihat peluang dan tantangan lainnya seperti peningkatan kontribusi perdagangan digital; kenaikan harga pangan dan energi dalam negeri; serta isu ekonomi hijau dan perdagangan berkelanjutan.
Indonesia dikatakannya telah menyelesaikan perjanjian dagang dengan 26 negara/ekonomi dan 45 negara yang masih dalam proses perundingan. Mitra dagang utama Indonesia juga bergeser dari negara G7 ke negara-negara berkembang (Tiongkok, India, Pakistan, Bangladesh, Uni Emirat Arab, Afrika Selatan, Nigeria, Arab Saudi, Vietnam, dan Filipina).
Pergeseran ini disebabkan oleh kebijakan unilateral oleh Uni Eropa yang menghambat perdagangan dan berujung pada lima kasus sengketa di WTO.
“Dengan berbagai fakta tersebut, generasi muda harus memahami peluang dan tantangan global dan nasional, karena pada 2045, Indonesia diproyeksikan menjadi negara maju dengan produk domestik bruto (PDB) per kapita di atas USD 30 ribu atau peringkat ke-5 di dunia. Untuk mencapai cita-cita tersebut, maka pemerintah terus berusaha untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan daya saing seluruh sektor,” tutup Jerry.[*]