Sabtu, 20 Desember 2025
Beranda / Feature / Aceh Tak Sendiri: PEMA Menyalakan Harapan di Tengah Bencana

Aceh Tak Sendiri: PEMA Menyalakan Harapan di Tengah Bencana

Jum`at, 19 Desember 2025 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia

Di tengah duka dan kepungan lumpur itu, PT Pembangunan Aceh (Perseroda) atau PT PEMA muncul sebagai salah satu garda terdepan penolong membuktikan kepedulian dan keberpihakannya kepada masyarakat yang terdampak bencana. [Foto: Ilustrasi AI untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Feature - Sejak banjir bandang dan tanah longsor melanda 18 kabupaten/kota di Aceh pada akhir November 2025, ribuan warga terpaksa mengungsi. Jalan-jalan terputus, jembatan runtuh, dan pemukiman luluh lantak dihantam arus deras. 

Di tengah duka dan kepungan lumpur itu, PT Pembangunan Aceh (Perseroda) atau PT PEMA muncul sebagai salah satu garda terdepan penolong membuktikan kepedulian dan keberpihakannya kepada masyarakat yang terdampak bencana.

Pada 28 November 2025, PT PEMA secara resmi menyerahkan bantuan tanggap darurat melalui Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) di Banda Aceh. Mawardi Nur, Direktur Utama PT PEMA, memimpin langsung penyerahan tersebut bersama jajaran direksi kepada pihak BPBA. Sinergi ini dilakukan agar distribusi bantuan bisa terpusat, terkoordinasi, dan tepat sasaran berdasarkan data di lapangan.

“Alhamdulillah, PT PEMA telah menyalurkan bantuan melalui BPBA sebagai wujud sinergi bersama pemerintah daerah, sehingga proses distribusi dapat berlangsung terukur sesuai prioritas kebutuhan di lapangan. Semoga bantuan ini dapat meringankan beban saudara-saudara kita,” ujar Mawardi Nur usai penyerahan simbolis bantuan tersebut.

Dari posko BPBA, bantuan segera disalurkan ke daerah-daerah yang paling parah terdampak banjir. PT PEMA mengirimkan lebih dari 30 ton sembako yang terdiri dari beras, mi instan, minyak goreng, air mineral, dan kebutuhan pokok lainnya. Tak hanya itu, ribuan paket bantuan juga berisi susu formula, popok bayi, perlengkapan kebersihan, serta kebutuhan dasar lain yang sangat dibutuhkan para pengungsi.

Semua bantuan tersebut diangkut melintasi jalan berlumpur menuju titik-titik bencana di Aceh Timur, Aceh Utara, Pidie Jaya, Bireuen, Pidie, Aceh Tamiang, hingga kecamatan-kecamatan pelosok yang sempat terisolasi banjir. 

Dalam kondisi darurat dengan akses darat terbatas, upaya ini menunjukkan tanggung jawab dan kepedulian PEMA terhadap korban bencana yang sangat membutuhkan uluran tangan.

Selain logistik, PT PEMA menerjunkan tim tanggap darurat yang beranggotakan karyawan perusahaan sebagai relawan terlatih. “PEMA tidak boleh berdiri jauh dari persoalan masyarakat. Ketika banjir terjadi, kami langsung menggerakkan tim untuk turun ke lapangan,” tegas Mawardi Nur. 

Tim ini bahu-membahu dengan aparat pemerintah di lapangan, membantu distribusi bantuan serta memberikan dukungan teknis bagi upaya penanganan bencana.

Bahkan di lokasi - lokasi yang aksesnya terputus karena longsor, petugas PEMA turut menembus medan sulit menyeberangi sungai dan jalur berlumpur demi memastikan bantuan mencapai warga terisolir. Langkah cepat dan kehadiran tim PEMA di titik-titik terdampak ini mendapat apresiasi dari BPBA karena dinilai mempercepat terpenuhinya kebutuhan masyarakat pada masa tanggap darurat.

Empati dan Semangat dari Dirut PEMA

Bagi Mawardi Nur, membantu saudara yang tertimpa musibah bukan sekadar kewajiban korporasi, tapi panggilan moral. “Saat rakyat dalam kesulitan, PEMA tidak boleh hanya melihat dari jauh,” ujarnya tegas. 

Sebagai pimpinan BUMD milik Pemerintah Aceh, Mawardi memastikan bahwa PT PEMA tidak hanya menjalankan mandat ekonomi, melainkan juga memikul amanah sosial untuk hadir di tengah masyarakat saat bencana melanda.

Tanggung jawab moral inilah yang mendorongnya mengerahkan seluruh sumber daya PEMA demi misi kemanusiaan. “Banjir ini cobaan berat bagi masyarakat Aceh. Dalam situasi seperti ini, PEMA wajib hadir, membantu, dan menguatkan. Bantuan ini merupakan bentuk solidaritas kami agar beban masyarakat sedikit berkurang,” jelas Mawardi Nur.

Ia menekankan pentingnya kolaborasi dan solidaritas lintas pihak dalam menghadapi bencana. Mawardi mengapresiasi peran BPBA yang memastikan bantuan PEMA tersalurkan cepat dan tepat sasaran, serta mengajak pemerintah kabupaten/kota, lembaga kemanusiaan, dunia usaha, hingga masyarakat luas untuk turut bergandeng tangan membantu Aceh.

“Kami percaya, dengan kerja sama yang solid, Aceh akan mampu melewati masa darurat ini dengan lebih baik. Prioritas kami adalah keselamatan, kesehatan, dan ketahanan masyarakat,” ujarnya sambil berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat. Kekuatan Aceh itu ada pada solidaritasnya, tambah Mawardi, menggarisbawahi bahwa semangat kebersamaan adalah kunci untuk bangkit dari bencana.

Terjun langsung ke lapangan memberi Mawardi pengalaman emosional yang membekas. “Teramat sedih ketika saya dan teman-teman PT PEMA memberikan bantuan di tiap titik, khususnya kepada ibu-ibu dan anak-anak yang rela mengantri berharap bantuan datang,” ungkapnya, mengenang pemandangan pilu di posko-posko pengungsian. Melihat mata anak-anak yang lelah menanti bantuan, Mawardi justru terdorong menjaga raut tegar.

Ia selalu berpesan kepada timnya untuk tampil kuat di hadapan para penyintas. “Kita harus jauh lebih kuat dari mereka, supaya mereka memiliki semangat lebih untuk keluar dari fase sulit ini,” ujarnya memberi motivasi kepada para relawan PEMA di lapangan. Bagi Mawardi, kehadiran PEMA bukan hanya soal mengirimkan bantuan materiil, tetapi juga menyebarkan harapan dan semangat agar para korban tidak merasa sendiri menghadapi cobaan.

Di akhir setiap kunjungan ke daerah terdampak, Mawardi Nur selalu menyampaikan pesan optimisme. Ia yakin Aceh akan bangkit kembali asalkan semua elemen bersatu padu. Doa pun dipanjatkannya untuk para korban dan para petugas yang tengah berjuang. 

“Aceh bisa bangkit dan pulih lebih cepat jika kita terus bergandengan tangan... Saya mohon doa agar semua yang turun membantu diberi kesehatan sampai akhir masa pemulihan. Aceh harus bangkit, Allah bersama kita. InsyaAllah,” tutup Mawardi dengan mata berkaca-kaca.

Ucapan itu mengandung haru, namun juga menyala-nyala oleh semangat. Di tengah puing dan derita, kehadiran PT PEMA beserta jajarannya telah membawa secercah harapan bagi masyarakat Aceh bahwa mereka tidak sendirian duka mereka adalah duka PEMA juga, dan bersama-sama Aceh akan bangkit kembali. [adv]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
pema