Beranda / Feature / Dengan Biaya Sendiri Irene Sukandar Ukir Sejarah di Kancah Dunia

Dengan Biaya Sendiri Irene Sukandar Ukir Sejarah di Kancah Dunia

Minggu, 16 Februari 2025 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Bahtiar Gayo
Irene dalam sebuah pertarungan di event PON XXI Sumut, menguji ketajaman strateginya berhadapan dengan Ummi Fisabilliah. [Foto: Baga/dialeksis.com]

DIALEKSIS.COM | FeatureBila hobi sudah menyatu dengan diri, apapun akan dilakukan untuk menggapainya. Tidak kecuali harus mengeluarkan biaya sendiri, walau membawa bendera negara.

Itulah yang dilakukan Irene Kharisma Sukandar, atlet catur Indonesia yang telah berkiprah di kancah internasional. Demi menggapai impianya, dia rela merogoh sakunya mengikuti kompetisi.

Wanita tangguh yang berkonsentrasi di petak 64 hitam putih ini sudah menunjukan kemampuanya untuk bertengger di peringkat 9 dunia. Untuk meraihnya tidaklah mudah, namun semangat merah putihnya dia tunjukan, wanita dari Pertiwi ini mengukir sejarah.

Irene dalam penjelesannya di YouTube di kanal Reza Arap, mengungkapkan bagaimana dia berjuang dengan biaya sendiri dalam turnamen tingkat dunia. Pernyataan ini disampaikan saat ia menjadi tamu dalam siaran langsung.

Dalam perbincangan tersebut, Irene mengungkapkan bahwa hampir 100 persen dana yang digunakan untuk mengikuti turnamen berasal dari kantong pribadinya, termasuk dalam turnamen terakhir di New York pada Natal dan tahun baru lalu. Turnamen ini mengantarkan Irene menduduki peringkat sembilan di dunia.

“Hampir 100 persen modal saya sendiri. Termasuk turnamen terakhir yang baru saya mainkan, di mana saya berhasil meraih peringkat sembilan dunia di New York saat Natal dan tahun baru kemarin, semuanya dari kantong saya sendiri,” ujar Irene.

Menanggapi hal itu, Reza Arap langsung mempertanyakan apakah Irene masih membawa nama Indonesia dalam turnamen tersebut. Irene pun membenarkan hal itu.

“Ya. Dan ini adalah contoh lain dari dedikasi saya. Jadi bukan hanya tentang usaha saya, tetapi juga uang saya sendiri,” jawab Irene, seperti dilansir Vina News&Insights, 13 Februari 2025.

Irene juga menjelaskan bahwa meskipun ada federasi yang menaungi para atlet catur, ia tetap memilih untuk membiayai sendiri perjalanan kompetisinya karena kecintaannya terhadap olahraga ini.

“Ada (federasi), tapi memang ini bisa ditanyakan ke instansi tertentu, karena saat itu saya benar-benar mencintai permainan ini. Makanya, saya mendanai diri sendiri, dan syukur saya berhasil meraih peringkat sembilan dunia,” kata Irene.

Pernyataan Irene ini mendapat jawaban pedas dari Reza Arap. Ia merasa negara seharusnya memberikan dukungan lebih bagi atlet yang telah mengharumkan nama bangsa di tingkat internasional.

Menanggapi perbincangan ini, Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI), Dito Ariotedjo, memberikan penjelasan melalui komentar di akun TikTok @revivaltv pada Rabu (12/2/2025).

Dito Ariotedjo menyebutkan, bahwa Kemenpora selalu berupaya mendukung kebutuhan atlet yang bertanding di ajang internasional.

“Kami selalu mendukung dan pasti jika ada kebutuhan dukungan atlet-atlet yang berkancah di internasional kita support,” tulis Dito.

Dito berharap baik federasi yang menaungi Irene maupun Irene sendiri dapat memberikan informasi terkait agenda pertandingan, agar Kemenpora bisa memberikan dukungan yang diperlukan.

Siapa Irene?

Irene Kharisma Sukandar (lahir 7 April 1992) adalah seorang pecatur Indonesia pertama yang berhasil menyandang gelar Master Internasional (MI) terhitung mulai tahun 2014.

Irene memenangkan Kejuaraan Catur Wanita Indonesia empat kali berturut-turut dari tahun 2006 hingga 2010. Dia telah mewakili Indonesia di lima Olimpiade Catur Wanita dari tahun 2004 hingga 2014.

Dari data Wikepedia, Irene pernah menjuarai Kejuaraan Catur Beregu Asia Wanita tahun 2009. Olimpiade Catur Dunia Muda U-16 tahun 2007. Pesta Olahraga Asia 2006, Pesta Olahraga Dalam Ruangan Asia 2009 dan Pesta Olahraga Dalam Ruangan dan Bela Diri Asia 2013.

Dia memenangkan medali perak individu di papan 3 di Olimpiade Catur ke-36 pada tahun 2004 dan perunggu dalam acara catur blitz beregu di Asian Indoor and Martial Arts Games.

Irene adalah pemenang bersama, dengan pemain Vietnam Pham Bich Ngoc, dari bagian putri di bawah 16 tahun pada Kejuaraan Catur Kelompok Umur ASEAN ke-6 di Pattaya, Thailand pada bulan Juni 2005.

Pada Kejuaraan Kelompok Umur ASEAN 2006 di Jakarta, ia finis pertama di divisi anak perempuan di bawah 18 tahun.

Pada bulan Maret 2008, Irene memenangkan ajang putri Piala Rektor ke-10 di Kharkiv, Ukraina dengan mengalahkan pemain Ukraina di babak tiebreak, Galina Breslavska.

Pada bulan Juli 2010, Sukandar berbagi tempat pertama dengan FM India Ramnath Bhuvanesh di Brunei Invitational IM Tournament, mendapatkan hasil norma Master Internasional (IM). 

Dia memenangkan Kejuaraan Catur Wanita Asia 2012 di Kota Ho Chi Minh, Vietnam. Berkat kemenangan ini ia lolos ke Kejuaraan Dunia Wanita 2014, yang akhirnya ditunda hingga 2015, menjadi orang Indonesia pertama yang melakukannya.

Pada Mei 2013, Sukandar memenangkan Alexander The Great Open ke-5, di Halkidiki, Yunani. Pada Desember 2013 ia memenangkan dua medali emas individu, untuk catur cepat dan blitz, di Pesta Olahraga Asia Tenggara 2013 yang diadakan di Naypyidaw, Myanmar.

Pada tahun 2014, Sukandar menjadi juara untuk kedua kalinya Kejuaraan Wanita Asia, yang diadakan tahun itu di Sharjah, Uni Emirat Arab.[11] Kemenangan ini membuatnya lolos ke knockout Women's World Championship 2016.

Dia memenangkan bagian G (turnamen sepuluh pemain round-robin untuk siswa perempuan) dari Moskow Terbuka 2015 dengan skor 7,5 / 9, dua poin di depan runner-up, Alina Kashlinskaya. Pada Kejuaraan Catur Dunia Wanita 2015, Sukandar di babak pertama disingkirkan oleh Salome Melia.

Pada tahun 2016, ia berbagi tempat pertama di bagian Master Kejuaraan Kelas Kontinental di Herndon, Virginia bersama Julio Catalino Sadorra, Sergey Erenburg dan Priyadharshan Kannappan, dan memenangkan North Carolina Open dengan skor 5/5 poin.

Pada tahun 2018, dia adalah pemain wanita terbaik di Piala Doeberl dengan mencetak 5,5 / 9 poin. Pada November 2018, ia memenangkan Hjorth Open 2018 dengan mencetak 7,5/9 poin.

Untuk level nasional teranyar, diajang PON XXI, Berastagi, Sumatera Utara September 2024, dimana penulis ikut menyaksikan pertarungan Irene, karena dipercayakan sebagai wasit, Irene harus mengakui ketangguhan pecatur wanita muda Shafira dari Yogyakarta dalam partai kalsik (standar).

Shafira berhasil meraih emas, sementara Irene harus “puas” berada diperingkat kedua dengan medali perak. Sejarah terus bergulir di olahraga asah otak ini.

Irene sudah mengukir sejarah sebagai wanita berada diposisi 9 pecatur terbaik dunia dalam sebuah di New York pada Natal dan tahun baru lalu.

Semangat dan rasa cintanya kepada catur telah dia tunjukan, dengan biaya sendiri dia rela menggapai impianya. Nama bangsa sudah diharumkanya, lambang merah putih sudah bersinar di mata dunia dalam olahraga pertarungan kuda dan raja.[bg]


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI