Menaruh Harapan Pada SAKTI Ungkap Korupsi di Aceh
Font: Ukuran: - +
Korupsi. Satu kata yang membuat rusak negeri. Apakah kita akan membiarkan korupsi tetap menghiasi negeri ini?
Tanpa pengawasan yang baik, ketimpangan akan terjadi. Sulit bagi negeri ini untuk bangkit. Apapun pekerjaan membutuhkan pengawasan dan evaluasi tentang apa yang dilaksanakan. Negeri ini membutuhkan manusia komitmen untuk itu.
“Kita membutuhkan manusia yang mengawasi jalanya pembangunan. Mengawasi bukan berarti tidak mendukung, namun karena rasa cinta makanya diawasi,” sebut Maharadi, coordinator LSM Jangko.
Banyaknya bermunculan kasus korupsi, bukan hanya pelaku kejahatan ini “gemar” menggerogoti uang rakyat. Namun lemahnya pegawasan, tidak bersuaranya rakyat juga turut memberikan andil terbukanya korupsi, jelasnya ketika berbincang dengan Dialeksis.com, Sabtu (10/04/2021).
Saat rakyat sudah bersuara saja, korupsi masih meraja lela, apalagi ketika diam. Namun sebagai masyarakat, tidak boleh tinggal diam bila melihat peluang kejahatan. Harus ada upaya dalam mencegahnya, jelasnya.
Di Aceh kasus korupsi dan dugaan kasus korupsi terbilang tinggi. Untuk mengawasinya dibutuhkan manusia-manusia yang faham bagaimana korupsi. Apa kriterianya, penyebab, dan akibat dari korupsi.
Ahirnya Sekolah Anti Korupsi (SAKTI) di Aceh melahirkan kader. LSM Jang-Ko bersama Masyarakat Transparansi Aceh (MaTA) bekerjasama dengan Indonesia Corruption Watch (ICW) mengelar Sekolah Antikorupsi (SAKTI) Aceh II di Takengon dari 4-9 April 2021.
“Alhamdulilah, kita sudah melaksanakan kegiatan menempa kader muda untuk mengenal korupsi. Sekolah perdana ini diikuti 13 peserta dari berbagai wilayah di Provinsi Aceh,” sebut Mahardi.
Dalam agenda pendalaman mengungkap koruspi ini, terlihat Alfian dari MaTA serius memberikan materi kepada juniornya. Demikian dengan pemateri lainya, mereka bukan hanya fokus tentang kriteria, penyebab dan akibat korupsi yang merupakan materi pokok di sekolah ini.
Namun peserta SAKTI ini dibekali ilmu pengetahuan tentang korupsi, perserta mendapatkan berbagai informasi Terutama informasi mengenal tindakan korupsi dan juga dapat membedakan antara tindakan kejahatan korupsi dengan tindakan kejahatan lainnya.
“Kegiatan ini adalah salah satu sarana mencari kader-kader dan jaringan anti korupsi yang lebih luas. Kader kader ini diharapkan dari kelompok-kelompok muda. Di sekolah ini kita berharap anak-anak muda ini memiliki pengetahuan, memiliki komitmen terhadap antikorupsi di manapun posisinya nanti," sebut Mahardi.
13 Kader yang ditempa di SAKTI ini diharapkan mampu menjadi pioner ke depanya. Mereka akan menjadi ujung tombak dalam “menguak” berbagai ketimpangan yang berpeluang dikorupsikan.
“Bila semua kader ini nantinya tampil dan komitmen, kita sangat bersyukur. Namun walau tidak semuanya nanti muncul kepermukaan, ada beberapa orang saja yang komit dan bersikukuh, sudah menjadi kebanggaan,” sebut Alfian MaTA ketika berdialog dengan Dialeksi.com.
Semoga SAKTI mampu menjawab tantangan dinamika yang ada di Aceh. Kader kadernya diharapkan menjadi pioner dalam mengawasi pembangunan di Aceh yang dikenal dengan uang melimpah.
Walau tantangan yang mereka hadapi riskan dan berat. Tidak ada perjuangan yang menghasilkan karya-karya indah tanpa melalui proses. Selamat bekerja pejuang anti korupsi. **** (Bahtiar Gayo)