Meraup Manisnya Rupiah dari Usaha Budidaya Madu Kelulut
Font: Ukuran: - +
[Pembubidaya Madu Kelulut, Muhammad Ridwan. Foto : dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Aceh Tamiang - Jam di pergelangan tangan menunjukkan pukul 16.15 WIB saat saya memasuki sebuah rumah di Desa Suka Mulia, Kecamatan Rantau, Aceh Tamiang. Halamannya luas dan banyak ditumbuhi pepohonan.
Kedatangan saya disambut puluhan "rumah mini" yang letaknya tidak beraturan. Di sekitarnya, tampak hewan-hewan kecil terbang lalu-lalang.
Rumah-rumah mungil itu memiliki tiang tunggal berupa potongan kayu dengan panjang sekitar 1 meter dan diameter 30 sentimeter. Di atasnya terdapat penutup berupa atap. "Ini adalah sarang lebah Kelulut," kata Muhammad Ridwan, Sabtu, 29 Agustus 2020.
Menurut Ridwan, ada sekitar 40 sarang kelulut miliknya. Semua sarang berpenghuni dan menghasilkan madu yang berkualitas. Kelulut adalah sejenis lebah dengan ukuran lebih kecil dan tanpa sengat. Ia memiliki nama lain Trigona atau Klanceng. Madunya memiliki rasa manis, manis asam dan manis asam pahit. Sedikitnya, ada sekitar ratusan jenis kelulut di Indonesia.
Pria berusia 45 tahun ini telah memulai usaha budidaya madu kelulut sejak 2 tahun lalu. Semua berawal dari kesenangannya melihat lebah-lebah beterbangan mencari makan dalam menghasilkan madu.
Ia lantas mencari tahu tentang cara penangkaran kelulut di internet. Setelah mendapat banyak informasi, Ridwan memulai usahanya tersebut. "Tepatnya Oktober 2018. Alhamdulillah hingga saat ini sudah menghasilkan," ujar Ridwan.
[Foto: Dialeksis.com]
Minim kendala
Untuk memulai usaha ini, tahap pertama yang harus dilakukan adalah mencari batang pohon yang ada koloni kelulutnya. Lebah jenis ini biasanya membuat sarang di batang pohon yang sudah mati atau lapuk. Pohon karet, mangga dan kelapa adalah habitat umumnya.
Batang kayu tersebut lantas dipotong sepanjang 1,5 hingga 2 meter. Jangan sampai potongan mengenai sarang yang ada dalamnya. Setelah itu, potongan kayu diberdirikan. Biarkan lebah-lebah kembali dan berkumpul ke sarang hingga sore hari.
"Waktu yang paling tepat membawa potongan kayu berisi koloni lebah adalah pada malam hari atau selepas maghrib," jelas Ridwan.
Ia melanjutkan, keesokan harinya potongan kayu tersebut harus diberi atap sehingga terlindung dari air hujan. Di atap tersebut juga di buat kotak yang dasarnya dilubangi sehingga menyatu dengan lubang sarang kelulut di potongan batang pohon. Nantinya, kotak tersebut menjadi tempat bagi lebah dalam menghasilkan madu-madunya.
Menurut Ridwan, tidak ada kendala berarti pada usahanya tersebut. Gangguan berupa hama seperti katak, cicak dan semut kerap terjadi. Namun semuanya dapat diatasi.
Perawatannya juga tergolong gampang sehingga tidak membutuhkan banyak tenaga kerja. "Mencari batang pohon yang ada koloni lebah dan pembuatan atap kita pakai tenaga kerja, lainnya saya tangani sendiri," ucap Ridwan.
[Foto: Dialeksis.com]
Omzet meningkat
Madu yang berada di kotak penangkaran bisa dipanen setelah berusia 1 hingga 3 bulan. Namun, di bulan-bulan tertentu, masa panen bisa lebih cepat. "Februari hingga Agustus biasanya kita panen raya," kata Ridwan. "Di bulan tersebut sedang musim bunga sehingga ketersediaan makanan bagi kelulut sangat melimpah," sambungnya.
Satu sarang bisa menghasilkan madu sekitar 1 liter. Ridwan juga pernah memanen madu hampir 3 liter per sarang (log). Madu-madu hasil panen tersebut dikemasnya dalam botol kaca ukuran 125 ml, 250 ml dan 500 ml.
Madu kemasan 125 ml dibanderol dengan harga Rp70.000, ukuran 250 ml seharga Rp130.000 dan kemasan setengah liter senilai Rp250.000.
"Kita tetap melihat kemampuan konsumen, berapapun mereka beli, kita layani," ujar Ridwan.
Saat ditanya omzet per bulan, Ridwan tidak memberi jawaban pasti. Ia hanya memaparkan, selama tahun 2020 ini telah menjual 80 liter madu miliknya. "Bisa dihitung sendirilah berapa duit itu," ucapnya sambil tertawa. Ia melanjutkan, pemasaran madu kelulut ini juga tidak sulit.
Ia mendistribusikannya hampir ke seluruh Aceh, Medan, Riau hingga ke kota-kota di pulau jawa. Masyarakat juga sudah tahu manfaat dari madu ini. Ridwan menceritakan, ada penderita maag akut sebagai konsumennya. Setelah mengonsumsi madu kelulut, gangguan lambungnya hilang sama sekali. Begitu juga dengan penyakit Diabetes. "Penderitanya sembuh total setelah rutin minum madu ini," lanjutnya.
Selain itu, wabah virus Corona (Covid 19) yang melanda saat ini, juga mendatangkan berkah tersendiri bagi pembudidaya madu kelulut. Konsumen berbondong-bondong membeli madu kelulut untuk meningkatkan ketahanan tubuhnya dari serangan virus yang belum ada vaksinnya ini.
"Bisa saya katakan, stok madu kelulut di Aceh Tamiang saat ini tidak ada. Peminatnya sangat banyak," tutup Ridwan yang juga menjabat sebagai wakil kepala SMAN 3 Kejuruan Muda.
Bagaimana, ingin punya usaha budidaya Kelulut sendiri? (MHV)