Beranda / Feature / Pesona Kebun Kurma Barbate, Oasis Tersembunyi di Aceh Besar

Pesona Kebun Kurma Barbate, Oasis Tersembunyi di Aceh Besar

Minggu, 01 September 2024 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Indri

Destinasi agrowisata Kebun Kurma Barbate. [Foto: instagram @kebunkurmabarbatee]

DIALEKSIS.COM | Feature - Sinar Mentari yang lembut membawa angin pagi membelai hamparan hijau yang luas. Langit Aceh yang biru membentang tanpa cela, menyambut setiap Langkah, membawa kami menuju sebuah lokasi wisata agro yang menyimpan keajaiban.

Di ujung perjalanan, di antara bukit-bukit yang tenang, terselip sebuah oasis yang tak pernah kami bayangkan ada di tanah ini, Kebun Kurma Barbate.

Kisahnya bermula dari impian yang sederhana. Haji Syukri Syafi’i, seorang pengusaha gigih dari Aceh, bersama Mahdi Muhammad, seorang pensiunan yang kembali ke tanah kelahiran, memutuskan untuk menghidupkan lahan yang dulunya dianggap gersang.

Tahun 2015, mereka menanam bibit-bibit kurma dengan tekad yang kuat. Kini, setelah hampir satu dekade, tanah itu telah menjelma menjadi sebuah kebun kurma yang rindang dan hidup, seperti oasis di tengah gurun.

Kebun yang buka setiap hari, mulai pukul 09.00 pagi hingga 18.00 sore ini, berlokasi dekat dengan Lamud Sultan Iskandar Muda, tepatnya di Jl. Lintas Blangbintang, Kruengraya, Meurandeh, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar.

Dari Kota Banda Aceh, lokasi ini dapat ditempuh dengan perjalanan sejauh 21 km atau sekitar 30 menit, melalui jalan beraspal yang membelah bukit yang naik turun. Memasuki lokasi wisata ini, pengunjung tidak ditarik bayaran alias gratis untuk masuk ke kebun kurma Barbate dan hanya dipungut biaya parkir kendaraan.

Setibanya di sana, pemandangan luar biasa menyambut kami. Pohon-pohon kurma menjulang tinggi, berdiri anggun dengan daun-daunnya yang melambai lembut. Hawa yang sejuk di musim hujan menciptakan nuansa seperti Takengon, sementara saat musim panas, angin kering membawa bayangan Timur Tengah yang eksotis.

"Awalnya, ini hanyalah kebun pribadi," ujar Woyla Fahira, putri Haji Syukri sekaligus manajer kebun. "Tapi siapa sangka, banyak orang datang, ingin tahu seperti apa kurma bisa tumbuh di Aceh."

Pengunjung yang sedang menaiki kuda untuk mengitari keindahan kebun kurma. [Foto: waspada/Tsara Swissi]

Dari sanalah kebun ini berkembang, menjadi destinasi wisata lengkap dengan kafe dan wahana permainan yang memikat hati siapa saja.

Di kebun ini, pengunjung tidak hanya memandang pohon-pohon kurma. Ada sensasi lain yang ditawarkan: berkuda dengan kuda gagah, memanah seperti para pemanah Arab kuno, hingga mencoba ATV yang melaju di lintasan penuh tantangan. Bagi keluarga, ada kereta mini yang membawa anak-anak menyusuri kebun, menghadirkan tawa riang yang menggema di udara. Harga yang dikenakan untuk semua permainan ini berkisar antara Rp10.000,- hingga Rp30.000,-.

Namun, daya tarik utama tak hanya terletak pada hiburannya. Ada pembelajaran yang mendalam di sini. Para pemandu dengan sabar menjelaskan bagaimana bibit kurma yang kecil bisa tumbuh subur di tanah yang dulu gersang. Saat musim panen tiba, pengunjung bisa mencicipi buah kurma yang manis, langsung dari pohonnya, sebuah pengalaman yang jarang ditemukan di tempat lain.

Tak jauh dari kebun kurma, ada keajaiban kecil lain yang tersembunyi. Di bawah naungan pohon-pohon tua, berdiri koloni lebah kelulut atau linot, seperti yang dikenal oleh masyarakat Aceh. Rumah-rumah mini untuk lebah ini terbuat dari kayu yang diletakkan di batang pohon, menciptakan panorama yang tak kalah unik. Madu linot yang dihasilkan di sini memiliki rasa khas: manis dengan sentuhan asam segar, seolah memeluk lidah dengan kehangatan alami.

"Saya tertarik memelihara linot karena prospeknya sangat menjanjikan," ujar Ismail Wiranu, peternak madu kelulut di Barbate. Setiap bulan, ia dapat menghasilkan puluhan kilogram madu yang penuh nutrisi. Harga madu kelulut ini dibanderol berkisar antara Rp500.000,- hingga Rp600.000,- per liter.

Tak hanya itu, propolis dan beepolen, produk sampingan lebah, juga menjadi daya tarik tersendiri, menawarkan manfaat kesehatan yang luar biasa, terutama dipercaya untuk Kesehatan mata.

Jika perut mulai keroncongan, Kebun Kurma Barbate juga menyediakan cafe yang sangat cozy dengan beragam menu makanan dan minuman yang mampu memberi kenikmatan rasa. Semilir angin yang lembut turut menambah nafsu makan yang tak tertahankan.

Pengelola Kebun Kurma Barbate, Ramadani mengungkapkan, dulu, ribuan orang datang saat akhir pekan, tapi sekarang tidak seramai itu. Faktor ekonomi dan banyaknya objek wisata baru menjadi penyebabnya. “Meski demikian, pengelola tetap optimis dengan potensi kebun ini,” ujar Ramadani.

Bermain ATV di Kebun Kurma Barbate. [Foto: dok. infopublik]

Air juga menjadi kebutuhan krusial di daerah ini, dan pengelola harus menggunakan sistem penampungan hujan untuk keperluan sehari-hari. “Kami juga menghadapi tantangan dengan keterbatasan fasilitas, seperti air dan jaringan telepon,” sebut Ramadani.

Perjalanan ke Barbate seperti sebuah kisah dongeng yang hidup. Di sini, waktu seolah melambat. Setiap sudutnya menawarkan harmoni antara alam dan budaya, membawa pengunjung ke dunia yang jauh dari hiruk-pikuk kota.

Dengan luas mencapai 600 hektar, Kebun Kurma Barbate bukan hanya tempat wisata, tetapi simbol dari mimpi yang terwujud di atas tanah yang dulunya dianggap tak berdaya.

Di sore hari, saat matahari mulai turun, warna keemasan menyelimuti kebun. Angin sejuk membawa aroma rumput basah dan manisnya madu linot. Di kejauhan, siluet pohon-pohon kurma terlihat seperti lukisan yang bergerak perlahan, menutup hari dengan keindahan yang tak tertandingi.

Bagi siapa pun yang mencari pengalaman baru, atau sekadar ingin menghirup udara segar sambil belajar tentang kehidupan, Kebun Kurma Barbate adalah jawabannya. Datanglah, rasakan sendiri eksotisme yang ditawarkannya, dan bawa pulang cerita indah yang akan selalu terpatri dalam ingatan. Karena di sini, di tanah Serambi Mekah, sebuah oasis tengah menanti untuk ditemukan.[adv]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI