DIALEKSIS.COM | Jakarta - Selama ini, Bill Gates dikenal sebagai sosok yang optimistis terhadap manfaat sosial dari kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Namun, dalam pernyataan terbarunya, pendiri Microsoft itu mulai mengungkapkan kekhawatirannya AI berpotensi menggantikan banyak pekerjaan manusia.
Pernyataan ini disampaikan Gates saat berbincang dalam sebuah podcast bersama CEO OpenAI, Sam Altman. Seperti diketahui, OpenAI adalah perusahaan di balik ChatGPT, salah satu chatbot AI paling populer saat ini.
Dalam diskusi tersebut, Gates menyampaikan bahwa ada tiga jalur karier yang relatif aman dari dampak disrupsi AI. Ketiga bidang tersebut adalah: energi alternatif, biosains di sektor kesehatan, dan pengembangan kecerdasan buatan itu sendiri.
"Saya telah berinvestasi besar di bidang layanan kesehatan, energi alternatif, dan AI. Menurut saya, ketiganya adalah sektor yang sangat penting dan menjanjikan untuk masa depan dunia kerja," ujar Gates.
Ia menjelaskan, biosains akan tetap menjadi bidang karier yang layak dan sangat bermanfaat. Menurutnya, bidang ini menyimpan peluang besar dalam membantu manusia hidup lebih sehat dan lebih lama. “Ini adalah rangkaian keterampilan dan produk yang akan selalu dibutuhkan,” tambahnya.
Ironisnya, Gates mengaku bahwa pekerjaannya sendiri pun bisa terancam oleh AI.
"Saya bahkan bisa kehilangan pekerjaan saya," kata Gates kepada Altman dalam podcast tersebut, seperti dikutip dari Dailymail oleh Dialeksis, Kamis (26/6/2025).
Dengan nada setengah bercanda namun mengandung kekhawatiran, ia menambahkan, “Bayangkan saja ketika mesin itu berkata kepadaku, ‘Bill, ayo main pickleball saja. Aku sudah bisa memberantas malaria. Kamu berpikir terlalu lambat.’”
Dalam kesempatan itu, Gates juga mengakui bahwa dirinya tak menyangka ChatGPT bisa berkembang secepat dan sehebat sekarang. Ia sangat penasaran bagaimana AI mampu memproses dan meniru informasi tekstual yang rumit, termasuk karya-karya sastra seperti William Shakespeare.
Karena itulah, Gates kini semakin memfokuskan podcast dan blog pribadinya, Gates Notes, pada masa depan dan dimensi etis dari AI.
“Kami kini memiliki pemahaman yang lebih baik tentang jenis pekerjaan apa saja yang bisa dilakukan AI secara mandiri, dan mana yang akan dilakukan AI sebagai kopilot,” tulis Gates dalam blognya tentang prediksi perkembangan teknologi pada tahun 2024.
“Tahun 2023 adalah kali pertama saya menggunakan AI untuk pekerjaan serius, bukan hanya untuk bersenang-senang seperti membuat lirik lagu parodi untuk teman-teman saya,” ungkapnya.
Menurut Gates, saat ini sudah semakin jelas bagaimana AI dapat membantu memperluas akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan mental, dan berbagai bidang lainnya. “Inilah yang memotivasi saya untuk memastikan teknologi ini benar-benar membantu mengurangi kesenjangan, bukan justru memperparahnya,” ujar dia.
Salah satu contoh konkret yang ia sebutkan adalah penggunaan chatbot AI dalam layanan kesehatan. Teknologi ini memungkinkan pasien memperoleh informasi dan mempertimbangkan risiko pribadi mereka terhadap HIV dengan lebih mudah. Gates menyebut, banyak orang merasa canggung saat harus membicarakan riwayat seksual mereka secara langsung kepada dokter atau perawat. Dengan AI, hal ini bisa menjadi lebih nyaman dan informatif.
Meski tetap optimistis terhadap potensi AI, Gates mengingatkan bahwa investasi cerdas perlu dilakukan sejak sekarang. Tujuannya, agar AI benar-benar bisa menciptakan dunia yang lebih adil.
“Bisakah AI membantu kita mengurangi perang, mengatasi polarisasi? Anda tentu berharap AI bisa memperkuat kecerdasan manusia,” ujar Gates.
Ia menutup pernyataannya dengan harapan bahwa teknologi kecerdasan buatan tidak hanya mendorong kemajuan, tetapi juga memperkuat nilai-nilai kemanusiaan.
“Saya ingin melihat lebih banyak orang yang fokus pada penyelesaian masalah-masalah besar umat manusia. Misalnya, bagaimana kita bisa hidup rukun satu sama lain. Saya kira, itu akan menjadi pencapaian luar biasa jika AI dapat berkontribusi terhadap kedamaian dan keakraban antar manusia,” tutupnya.