dr Cut Mela Yunita Jelaskan Bahaya Hipertensi, Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Staf Medik Penyakit Dalam RSUDZA, dr Cut Mela Yunita Sari, Sp.PD, KGH FINASIM [Foto: for Dialeksis]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Staf Medik Penyakit Dalam RSUDZA, dr Cut Mela Yunita Sari, Sp.PD, KGH FINASIM mengatakan, hipertensi dan penyakit ginjal saling mempengaruhi, dua-duanya ada hubungan timbal balik. Hipertensi dapat mengakibatkan penyakit ginjal dan penyakit ginjal dapat menyebabkan gejala hipertensi.
“Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg,” jelasnya kepada Dialeksis.com, Jumat (5/5/2023).
Sambungnya, hipertensi adalah masalah dari seluruh dunia, dimana dari 3 orang populasi dewasa terdapat 1 hipertensi.
Senada dengan data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.
“Hipertensi sekarang jadi masalah utama kita semua, tidak hanya di Indonesia tapi di dunia, karena hipertensi ini merupakan salah satu pintu masuk atau faktor risiko penyakit seperti jantung, gagal ginjal, diabetes, stroke,” ungkapnya.
dr Cut Mela menjelaskan, penggolongan hipertensi dibagi menjadi 4 kelompok menurut Joint National Committee (JNC VII) yaitu:
1. Normal apabila sistolik < 120 mmHg dan diastolic < 80 mmHg
2. Pre Hipertensi apabila sistolik 120-139 mmHg dan diastolic / 80-89 mmHg
3. Hipertensi stadium I apabila sistolik 140-159 mmHg dan diastolic / 90-99 mmHg
4. Hipertensi stadium II apabila sistolik ³ 160 mmHg dan diastolic / ³ 100 mmHg
“Jadi biasa orang masuk IGD dengan kondisi hipertensi yang maligna, biasa dijumpai tensi diatas 180 maka dianjurkan untuk dirawat,” terangnya.
Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati, akan menimbulkan kematian dalam waktu yang cukup singkat atau kematian segera.
Berdasarkan penyebabnya, kata Cut Mela, hipertensi dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu hipertensi essensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
“Hipertensi primer adalah sekitar 90% penderita hipertensi tidak diketahui penyebabnya. Para ahli sependapat bahwa hipertensi esensial berhubungan dengan faktor keturunan (herediter). Sedangkan hipertensi sekunder yaitu sekitar 5-10% penderita hipertensi berhubungan dengan penyakit ginjal,” jelasnya lagi.
Ia menyampaikan, hipertensi tidak mengenal umur, kalau dijumpai hipertensi di usia muda itu hampir sebagian besar tidak wajar, bisa jadi karena penyakit imun (bocor ginjal).
Menurutnya, hipertensi bisa diatasi dengan menjalani pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan sehat, menghentikan kebiasaan merokok, dan mengurangi konsumsi minuman berkafein. Namun, jika tekanan darah sudah cukup tinggi, pasien juga diharuskan mengonsumsi obat anti hipertensi.
Di samping itu, kata dr Cut Mela, untuk mencegah tekanan darah tinggi, lakukan olahraga secara rutin, jaga berat badan agar tetap ideal, konsumsi makanan sehat, kelola stres, dan cukup tidur. Periksakan juga tekanan darah secara berkala ke dokter, terlebih lagi bagi orang yang memiliki faktor yang dapat meningkatkan risiko hipertensi. (Nor)