Garden Library di Perpustakaan Aceh, Ruang Baca dengan Konsep Kreatif
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Garden Library di rooftop gedung perpustakaan wilayah Aceh. Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com.
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Provinsi Aceh semakin serius dalam mengembangkan literasi di kalangan masyarakat. Hal ini ditegaskan oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh (DPKA), Edi Yandra, dalam acara "Bincang Literasi" yang berlangsung di gedung Perpustakaan Wilayah Provinsi Aceh, Sabtu (19/10/2024).
Acara tersebut juga menghadirkan Henry Manampiring, penulis buku mega best-seller Filosofi Teras, sebagai pemateri utama.
Dalam kesempatan tersebut, Edi Yandra menegaskan pentingnya literasi sebagai salah satu pilar utama dalam membangun generasi muda yang kompetitif di masa depan.
“Pengembangan literasi ini sangat penting, dan kami dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh siap mendukung segala inisiatif yang positif. Dengan kerjasama lintas sektor, baik pemerintah, BUMN, maupun lembaga pendidikan, kita dapat melahirkan generasi hebat di masa depan,” ungkap Edi Yandra.
Ia menjelaskan bahwa sejak akhir tahun 2022, Pemerintah Aceh telah berkomitmen untuk memajukan literasi di seluruh pelosok provinsi.
"Saat ini, perpustakaan tidak lagi hanya menjadi tempat untuk meminjam buku, tetapi telah berkembang menjadi pusat pengembangan kemampuan diri melalui berbagai kegiatan kreatif," tambahnya.
Edi Yandra juga memperkenalkan konsep perpustakaan modern abad ke-21 yang sudah diterapkan di Aceh. Perpustakaan ini menawarkan 17 layanan berbeda yang mencakup berbagai kelompok masyarakat, termasuk anak-anak, penyandang disabilitas, hingga program seni budaya.
"Kami ingin perpustakaan ini menjadi pusat wisata literasi yang nyaman dan lengkap, sehingga masyarakat, terutama generasi muda, lebih memilih untuk menghabiskan waktu di sini dibandingkan di tempat lain," jelasnya.
Tidak hanya berhenti di situ, Edi Yandra mengungkapkan bahwa pada tahun 2025, DPKA berencana untuk menghadirkan inovasi baru berupa Garden Library yang akan dibangun di rooftop gedung perpustakaan.
Konsep ini tidak hanya akan menawarkan lingkungan yang asri dan nyaman untuk membaca, tetapi juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas menarik seperti kafe, pojok baca komik, dan ruang-ruang interaktif lainnya.
"Kami ingin menciptakan suasana yang menyenangkan bagi pengunjung, sehingga kegiatan membaca dan belajar menjadi lebih menarik," tambahnya.
Salah satu daya tarik lain yang disediakan oleh Perpustakaan Aceh adalah gedung diorama kearsipan. Edi Yandra menjelaskan bahwa diorama ini menggambarkan sejarah Aceh dari masa lalu hingga masa depan, dengan menyoroti peran para tokoh besar yang berkontribusi dalam perkembangan budaya dan peradaban Aceh.
"Gedung diorama ini tidak hanya menjadi tempat untuk pelajar, tetapi juga terbuka bagi masyarakat umum yang ingin mengetahui lebih dalam tentang sejarah Aceh," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Edi Yandra juga menyampaikan apresiasinya terhadap berbagai komunitas literasi yang terus aktif menggerakkan kegiatan membaca di masyarakat, meskipun tanpa dukungan finansial yang besar.
"Komunitas literasi di Aceh adalah motor penggerak yang sangat penting. Meskipun sering kali bekerja tanpa dukungan yang besar, mereka terus berupaya mencerdaskan anak bangsa. Kami sangat mengapresiasi hal ini dan siap bekerja sama untuk melibatkan komunitas-komunitas ini dalam berbagai program literasi di kabupaten dan kota di Aceh,” katanya.
Edi Yandra menegaskan pentingnya keberlanjutan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat dalam upaya memajukan literasi di Aceh.
Ia berharap program-program yang telah dijalankan, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten, dapat terus berkembang dan membawa dampak positif bagi generasi muda Aceh.
"Mari kita bersama-sama membangun literasi dan memastikan kerja sama ini terus berlanjut demi mencerdaskan generasi mendatang," tutupnya.