Beranda / Gaya Hidup / Pentingnya Pemahaman dan Edukasi untuk Mencegah Dampak Pernikahan Dini

Pentingnya Pemahaman dan Edukasi untuk Mencegah Dampak Pernikahan Dini

Minggu, 19 Januari 2025 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Tengku Sheila Noor Faraza, psikolog. Foto: Dialeksis.com


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pernikahan dini masih menjadi isu yang memerlukan perhatian serius di berbagai daerah di Indonesia. 

Menurut Tengku Sheila Noor Faraza, seorang psikolog yang berfokus pada kesehatan mental keluarga, pernikahan dini dapat menimbulkan berbagai dampak psikologis yang berpengaruh pada individu maupun keluarga secara keseluruhan.

Sheila menjelaskan bahwa membangun sebuah keluarga baru bukan hanya soal menyatukan dua individu, tetapi juga memerlukan pemahaman mendalam terkait fungsi peran, tanggung jawab, dan kesiapan mental. 

“Pernikahan adalah proses yang membutuhkan pemikiran matang, terutama dalam hal adaptasi terhadap peran baru, seperti menjadi suami atau istri, dan, lebih penting lagi, orang tua,” jelasnya kepada Dialeksis.com, Minggu, 19 Januari 2024.

Ia menyoroti bahwa salah satu tantangan terbesar dari pernikahan dini adalah proses adaptasi yang sulit. 

Perubahan peran yang tiba-tiba, terutama bagi perempuan muda yang harus menjalani peran istri sekaligus ibu di usia belia, dapat menimbulkan tekanan psikologis. 

"Pada usia yang masih sangat muda, seseorang biasanya belum memiliki kedewasaan emosional yang cukup untuk mengelola konflik rumah tangga atau menjalankan pola pengasuhan yang optimal,” tambah Sheila.

Jika ditambah dengan adanya masalah psikologis yang belum terselesaikan, seperti trauma atau pengalaman buruk di masa lalu, hal ini dapat memperburuk situasi.

"Permasalahan yang tidak terselesaikan ini bisa menjadi beban tambahan, memicu stres, hingga berujung pada konflik rumah tangga,” ungkapnya.

Salah satu isu lain yang sering muncul dari pernikahan dini adalah pola pengasuhan yang kurang ideal. “Anak-anak membutuhkan bimbingan yang baik dari orang tua yang memiliki pemahaman dan pengalaman cukup. Namun, jika orang tua masih sangat muda dan minim pengalaman, ini dapat berdampak negatif pada perkembangan anak,” ujar Sheila.

Ia juga menegaskan bahwa pola pengasuhan yang salah dapat menyebabkan masalah jangka panjang pada anak, seperti gangguan emosi atau perilaku. 

Oleh karena itu, kesiapan mental dan emosional pasangan muda menjadi faktor krusial dalam membangun keluarga yang fungsional.

Sheila menekankan pentingnya peran pemerintah dalam mencegah pernikahan dini melalui sosialisasi dan edukasi yang merata di seluruh daerah. 

“Pemerintah perlu bekerja sama dengan tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, dan organisasi non-pemerintah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya menunda pernikahan hingga usia yang matang,” katanya.

Ia menyarankan adanya program edukasi tentang pernikahan yang tidak hanya menyentuh aspek hukum, tetapi juga aspek psikologis, sosial, dan kesehatan. 

"Edukasi ini harus menyasar remaja, orang tua, hingga komunitas secara keseluruhan. Dengan begitu, pemahaman tentang dampak pernikahan dini dapat tersebar luas,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI