Rabu, 16 April 2025
Beranda / Gaya Hidup / Razami Dek Cut: Pemimpin Harus Jadi Role Model, Berintegritas dan Keberpihakan pada Rakyat

Razami Dek Cut: Pemimpin Harus Jadi Role Model, Berintegritas dan Keberpihakan pada Rakyat

Minggu, 13 April 2025 14:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Razami, pengusaha sekaligus calon Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Amanat Nasional (PAN) Aceh. Foto: Serambinews


DIALEKSIS.COM | Aceh - Razami, pengusaha sekaligus calon Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Amanat Nasional (PAN) Aceh yang akrab disapa Dek Cut, menegaskan bahwa kepemimpinan dalam Islam bukan sekadar jabatan, melainkan amanah berat yang menuntut integritas, keteladanan, dan keberpihakan pada kesejahteraan rakyat. Hal ini disampaikannya Dek Cut sapaan akrab dirinya di laman Facebook pribadinya, Minggu (13/04/2025).

“Menjadi manusia saja dalam Islam sudah memanggul amanah kepemimpinan yang berat. Apalagi jika dipercaya memimpin banyak orang. Setiap pikiran, sikap, dan kebijakan pemimpin akan menentukan apakah yang lahir adalah maslahah (kebaikan bersama) atau mafsadah (kerusakan),” ujar Razami.

Mengutip sejarah kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz, ia menjelaskan bahwa tanggung jawab memimpin bukanlah sesuatu yang boleh dijadikan ambisi pribadi. “Ketika diangkat menjadi Khalifah, Umar bin Abdul Aziz justru menangis terisak. 

Ia sadar, amanah ini bukan tentang kekuasaan, melainkan pertanggungjawaban di akhirat. Ini kontras dengan praktik politik hari ini, di mana banyak orang berebut jabatan dengan segala cara,” tegasnya.

Razami Dek Cut menambahkan, tangisan Umar bin Abdul Aziz pada 10 Shafar 99 Hijriyah itu mencerminkan kesadaran spiritual yang dalam. 

“Ia bukan menangis karena tidak mampu, tetapi karena takut gagal memenuhi hak rakyat dan melanggar prinsip keadilan. Inilah esensi kepemimpinan dalam Islam: tidak ada ruang bagi kecurangan, apalagi pengkhianatan terhadap kepercayaan publik,” paparnya, merujuk hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim.

Menurut Dek Cut, fenomena pemimpin yang abai terhadap tanggung jawabnya merupakan cerminan krisis keteladanan. “Pemimpin adalah role model. Jika ia korup, rakyat bisa kehilangan kepercayaan. Jika ia adil, rakyat akan meneladaninya. Karena itu, kepemimpinan harus dimaknai sebagai pengabdian, bukan ajang memperkaya diri atau kelompok,” tegasnya.

Ia juga mengkritik praktik politik transaksional yang marak terjadi. “Islam mengajarkan bahwa kepemimpinan tidak boleh diperjuangkan dengan cara haram. Sayangnya, banyak yang mengorbankan prinsip hanya untuk meraih kursi kekuasaan. PAN Aceh harus menjadi contoh: memimpin dengan bersih, visioner, dan membumi,” ungkap Dek Cut, yang dikenal sebagai pengusaha sukses di multi sektor properti dan energi terbarukan.


Dalam konteks Aceh, Dek Cut menekankan pentingnya pemimpin yaang memahami kebutuhan rakyat. “Aceh butuh pemimpin yang tidak hanya pandai berpidato, tetapi juga hadir di tengah kesulitan masyarakat. Mulai dari pengangguran, kemiskinan, hingga ketimpangan pembangunan, semuanya harus menjadi prioritas,” tuturnya.

Sebagai calon Ketua DPW PAN Aceh, ia berjanji mengembalikan partai sebagai rumah bagi kader yang berintegritas. “Kami akan buka ruang partisipasi luas bagi generasi muda dan perempuan. Kepemimpinan kolektif yang inklusif adalah kunci untuk membangun Aceh yang maju dan bermartabat,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
dora
dinsos
inspektorat
koperasi
disbudpar