Sepeda Brompton Mulai Tidak Laku
Font: Ukuran: - +
Seorang pria bersepeda dengan sepeda lipat Brompton di atas Jembatan Waterloo dengan latar belakang Gedung Parlemen dan Menara Elizabeth di Inggris, di London. (Foto: AP/Matt Dunham)
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Minat kalangan menengah atas untuk gowes sepeda lipat (seli) merek Brompton dinilai mulai luntur. Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan masa awal pandemi Covid-19.
Sebelumnya, memang banyak orang berbondong-bondong membeli sepeda yang tergolong mahal bagi masyarakat Indonesia umumnya. Bagi kalangan tertentu, meski harganya kala itu yang naik berkali-kali lipat tetap jadi barang buruan. Tapi kini kondisinya mulai berkurang.
"Cuma sesaat doang begitu. Yang pakai ada rasa bangga pada saat itu, tapi udah lewat, trennya musiman. Awal-awal iya luar biasa [hype tinggi], sekarang sudah turun, anggapannya udah nggak spesial," kata Pengurus Komunitas Sepeda Kemayoran Jakarta, Ahok kepada CNBC Indonesia, Jumat (9/7/21).
Pada waktu awal pandemi, ketika tren bersepeda Brompton sedang tinggi, beberapa merek ikut memproduksi dengan model yang mirip. Namun, harga yang ditawarkan jauh lebih murah. Hal ini secara tidak langsung membuat nilai Brompton asli kena dampak.
"Waktu itu Brompton banyak ditiru merek-merek yang lebih murah. Lagian orang-orang yang mampu beli udah pada punya," sebutnya.
Selain itu, ada sebagian goweser yang tetap memilih jenis sepeda non lipat sebagai 'kiblat'.
Dia mengatakan, sebagai contoh, orang yang biasa menggunakan sepeda balap (road bike) akan merasa aneh ketika menggunakan sepeda lipat karena performa dan kecepatan jauh dari road bike.
Namun, di komunitas KSKJ, semua jenis sepeda diterima dan bisa menjadi bagian dalam komunitas.
"Kan ada orang yang nggak tertarik pindah ke sepeda lain, misal tetap di road bike ya sudah males lah coba jenis sepeda lain," katanya.
Saat ini sepeda Brompton di pasar bekas dan baru pun turun tajam. Di segmen pasar baru yang semula bisa mencapai di atas Rp 50 jutaan, kini harganya berkisar Rp. 30 juta hingga Rp 40 jutaan untuk beberapa jenisnya.
"Harga baru kisaran Rp 36 juta," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) Eko Wibowo Utomo kepada CNBC Indonesia.
Misalnya harga Brompton M6L Raw Lacquer, beberapa bulan lalu sempat mencapai Rp 41 juta, namun kini harganya di kisaran Rp 37 juta.
Begitu pun dengan M6R BE Color dari semula Rp 43 juta menjadi Rp 39 juta. Sementara M6R BE Lacquer yang semula kisaran Rp 46 juta saat ini kembali ke angka Rp 42 juta.
Sebagai catatan, sepeda Brompton adalah sepeda pabrikan Brompton Bicycle, produsen seli yang berkantor pusat di Greenford, London, Inggris, dengan produk utama Brompton dan aksesorisnya. Perusahaan ini didirikan oleh Andrew Ritchie pada 3 Juni 1976. (CNBC Ind)