kip lhok
Beranda / Berita / Haba Ramadan / Imam Al-Ghazali: Puasa Ada Tiga Tingkatan Puasa, Tingkat ke Berapa Puasa Kita?

Imam Al-Ghazali: Puasa Ada Tiga Tingkatan Puasa, Tingkat ke Berapa Puasa Kita?

Jum`at, 24 Maret 2023 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Zulkarnaini
Ilustrasi. Ramadhan

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Imam Al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin, menjelaskan tiga tingkatan puasa. Penjelasannya ini dapat menjadi bahan refleksi bagi kita semua untuk mengetahui di tingkat puasa mana kita berada.

Menurut Al-Ghazali, terdapat tiga tingkatan puasa. Tingkat pertama adalah puasa umum, yaitu puasa yang dilakukan dengan menahan perut dan kemaluan dari memenuhi keinginan. 

Hal ini meliputi menahan lapar dan dahaga, tidak makan dan minum, serta tidak melakukan hubungan suami istri.

Tingkat kedua adalah puasa khusus, yaitu puasa yang dilakukan dengan menahan anggota tubuh lainnya dari melakukan tindakan yang dilarang selama berpuasa, seperti tidak berbicara atau menatap hal-hal yang tidak bermanfaat.

Sementara itu, tingkat ketiga adalah puasa yang khusus dari yang khusus, yaitu puasa yang dilakukan dengan menahan pikiran dan hati dari memikirkan hal-hal yang tidak bermanfaat atau mengganggu konsentrasi ibadah.

Dalam penjelasannya, Al-Ghazali menegaskan bahwa puasa bukanlah sekadar menahan lapar dan dahaga semata. Puasa juga harus dilakukan dengan menahan diri dari tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat atau bahkan merusak, serta menahan pikiran dan hati agar selalu fokus pada ibadah dan memperkuat hubungan dengan Allah.

Contoh puasa khusus adalah lidah ikut berpuasa dengan tidak mengucapkan kata-kata yang sia-sia, tidak mengucapkan dusta, tidak ghibah, tidak berkata keji, tidak mengumpat dan lain sebagainya.

Contoh puasa khusus lainnya adalah penglihatan atau mata ikut berpuasa dengan tidak melihat sesuatu yang makruh dan diharamkan untuk dilihat.

Puasa khusus dari yang khusus adalah puasa hati dari segala cita-cita yang hina dan segala pikiran duniawi, serta mencegah dari selain Allah secara keseluruhan.

Contohnya, hati ikut berpuasa dengan membersihkan hati dari keinginan yang hina, seperti serakah, iri, riya, berniat jahat dalam hati, berniat licik dalam hati, dan lain sebagainya.

Imam Al-Ghazali juga menjelaskan, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW dikatakan bahwa puasa setengahnya sabar dan sabar setengahnya iman.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Ash-shaumu nishfush-shabri (puasa itu setengah sabar)." Dirawikan Imam At-Tirmidzi dari seorang laki-laki dari suku Bani Salim dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah.

Rasulullah SAW juga bersabda, "Ash-shabni nishful iimaan (sabar itu setengah iman)." Dirawikan Abu Na'im dari Ibnu Mas'ud dengan sanad baik.

Allah SWT menegaskan bahwa orang-orang yang bersabar mendapat pahala tanpa batas.

"Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. 

bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah (berhati teguh) yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (Surat Az-Zumar Ayat 10)

Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

riset-JSI
Komentar Anda