Indonesia Perkuat Keamanan dengan Pembentukan Pasukan Siber
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi matra angkatan siber. Foto: Ist
DIALEKSIS.COM | Nasional - Pembentukan pasukan siber, yang dikenal juga sebagai matra keempat, semakin relevan seiring perkembangan zaman. Indonesia sendiri tidak sepenuhnya aman dari ancaman serangan siber. Salah satu contoh nyata adalah insiden yang terjadi pada bulan Juni lalu, di mana Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) diserang oleh ransomware.
Serangan ini menargetkan PDNS, bagian dari proyek Pusat Data Nasional (PDN), dan menyebabkan gangguan di berbagai layanan instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Dampaknya cukup signifikan, karena data di PDNS 2 terenkripsi, membuatnya terkunci dan tidak dapat dipulihkan. Meski demikian, Indonesia sudah menunjukkan keseriusannya dalam membangun pasukan siber. Salah satunya, melalui perintah Presiden Jokowi kepada Panglima TNI untuk segera membentuk matra keempat tersebut.
Kantor berita Antara (3/9/24) dengan jelas mengabarkan bahwa "Panglima TNI akui sudah diperintah Presiden bentuk Angkatan Siber." Jenderal TNI Agus Subiyanto, dalam keterangannya, menyebut bahwa ia telah mendapat mandat dari presiden untuk mewujudkan angkatan siber ini.
Yang menarik, pasukan siber ini kemungkinan besar akan diisi oleh personel dari kalangan sipil. Menurut Jenderal Agus, sebagian besar pasukan siber bisa terdiri dari lulusan SMA ataupun universitas.
“Pasukan siber ini memang berbeda dengan satuan lainnya, mungkin mayoritas anggotanya berasal dari kalangan sipil,” jelasnya.
Upaya serupa juga ditunjukkan oleh TNI Angkatan Udara (AU). Kepala Staf AU (KASAU), Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono, telah meresmikan Skadik 506, sebuah skadron yang mengajarkan pendidikan siber di Wingdik 500/Umum. Skadik 506 bertujuan melatih prajurit AU agar memiliki kemampuan siber dan IT yang andal.
KASAU, dalam pernyataannya yang dikutip Antara (10/10/24) melalui artikel berjudul "KSAU resmikan Skadik 506 di Bogor untuk tempat pendidikan siber TNI AU", menyebut bahwa pendidikan di skadron ini sangat diperlukan mengingat pesatnya perkembangan teknologi.
Lebih lanjut, KASAU menjelaskan bahwa Skadik 506 sudah dilengkapi berbagai fasilitas, seperti laboratorium siber untuk simulasi pertahanan dan serangan siber. Skadik ini juga bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk mencetak lulusan yang kompeten di bidang siber dan IT.
Hingga saat ini, Skadik 506 telah meluluskan satu angkatan siswa, dan satu angkatan lainnya sedang dalam proses pendidikan. Ke depan, KASAU membuka kemungkinan untuk menerima siswa dari kalangan sipil.
Tidak ketinggalan, TNI Angkatan Darat (AD) juga turut mengambil langkah serupa. Melalui laman resminya (13/10/24), TNI AD menyampaikan bahwa sejumlah personelnya telah mendapatkan sertifikasi di bidang siber. Bekerja sama dengan BSSN, TNI AD mengadakan Pelatihan dan Sertifikasi L1 Security Operation Center (SOC) Analyst bagi 32 personelnya.
Pelatihan ini berlangsung sejak 30 September hingga 9 Oktober, dengan tujuan membekali personel TNI AD dengan kemampuan di bidang keamanan siber. Seluruh peserta dinyatakan lulus dan berhak menerima sertifikat dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
Upaya lintas matra ini menunjukkan keseriusan Indonesia dalam memperkuat keamanan sibernya, dengan membangun pasukan yang siap menghadapi ancaman digital masa kini.
- PDSI: Jaga Keamanan Siber dalam Kegiatan Dalam Negeri Berskala Internasional
- Butuh 4 Juta Talenta, Menteri Budi Arie Ajak Industri Cetak Ahli Keamanan Siber
- Ancaman Siber Meningkat, Wamenkominfo Tekankan Keamanan Data Pribadi
- Hadapi Ancaman Cyber: Muttaqin, Ahli IT Ungkap Tantangan dan Strategi Keamanan Siber Indonesia