Sabtu, 20 Desember 2025
Beranda / Liputan Khusus / Indepth / Di Tengah Banjir dan Longsor, Fadhil Ilyas Menjadikan Pengabdian sebagai Ibadah

Di Tengah Banjir dan Longsor, Fadhil Ilyas Menjadikan Pengabdian sebagai Ibadah

Jum`at, 19 Desember 2025 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Direktur Utama Bank Aceh Syariah, Fadhil Ilyas saat terjung ke lapangaan pasca banjir bandang dan longsor di kabupaten/kota terdampak. [Foto: dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Indepth - Berdasarkan pantauan redaksi Dialeksis, sejak akhir November 2025 serangkaian bencana banjir bandang dan tanah longsor menerjang Provinsi Aceh melalui pemberitaan yang sudah dipublikasi Dialeksis, melumpuhkan aktivitas masyarakat di sejumlah kabupaten/kota. 

Di tengah masa tanggap darurat yang penuh keprihatinan ini, Direktur Utama PT Bank Aceh Syariah (BAS) Fadhil Ilyas turun langsung ke lapangan untuk memastikan layanan perbankan kembali berdenyut di daerah-daerah terdampak, sekaligus menyalurkan bantuan bagi korban bencana.

Kondisi perbankan sempat lumpuh di sejumlah titik; menghidupkan kembali seluruh layanan tentu bukan perkara mudah. Tercatat 46 jaringan kantor Bank Aceh terdampak bencana, beberapa di antaranya terpaksa menghentikan operasional sementara akibat akses yang terputus, kerusakan infrastruktur, hingga pertimbangan keselamatan karyawan. Untuk mengatasinya, manajemen Bank Aceh segera mengaktifkan Protokol Kontinuitas Bisnis (Business Continuity Plan/BCP) dan membentuk Tim Task Force percepatan pemulihan operasional sejak 27 November 2025. 

Berkat kerja bahu-membahu tim tersebut, dalam waktu singkat 42 kantor layanan di berbagai daerah berhasil diaktifkan kembali mulai dari Sigli, Pidie Jaya, Bireuen, Lhokseumawe, Idi (Aceh Timur), Takengon (Aceh Tengah), Bener Meriah, hingga Blangkejeren (Gayo Lues). Upaya cepat ini membuat 98% jaringan Bank Aceh sudah pulih per 5 Desember 2025, dan seluruh unit layanan ditargetkan beroperasi penuh tak lama kemudian.

“Kami memahami kepercayaan masyarakat adalah aset terbesar. Karena itu, sekalipun di tengah krisis, Bank Aceh tidak boleh berhenti. Dana nasabah aman, sistem perbankan berjalan normal, dan seluruh layanan kembali pulih,” tegas Fadhil Ilyas kepada Dialeksis beberapa waktu lalu. 

Baginya, pemulihan cepat layanan perbankan di masa bencana bukan semata soal bisnis, melainkan wujud tanggung jawab sosial Bank Aceh kepada masyarakat. Setiap kantor yang berhasil dipulihkan berarti ribuan nasabah dapat kembali memenuhi kebutuhan hidup, melanjutkan usaha, dan memperoleh pelayanan darurat pascabencana secara normal.

Menyalurkan Bantuan di Tengah Bencana

Aspek kepedulian Fadhil Ilyas tak hanya tampak dari upaya pemulihan jaringan bank, tetapi juga dari aksinya menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi masyarakat terdampak. Sejak awal masa tanggap darurat, ia hadir di tengah korban bencana membawa langsung logistik darurat dan memberi dukungan moral kepada warga, termasuk kepada pegawai Bank Aceh yang turut menjadi korban banjir maupun longsor.

Direktur Utama Bank Aceh Syariah, Fadhil Ilyas (bertopi merah), menyerahkan bantuan masa panik berupa paket sembako kepada Bupati Aceh Timur, Iskandar Usman Al-Farlaky, pada 26 November 2025. Tindakan tanggap darurat ini menunjukkan kepedulian dan kehadiran nyata Bank Aceh Syariah di tengah masyarakat yang tertimpa musibah sejak hari pertama bencana. Fadhil memastikan bantuan tersebut tepat sasaran bagi warga yang paling membutuhkan, sembari menyampaikan empati dan dorongan semangat di tengah situasi sulit.

Pada kesempatan itu, Fadhil menyampaikan, “Alhamdulillah, hari ini kami hadir langsung menyerahkan bantuan masa panik untuk masyarakat Aceh Timur yang terdampak banjir. Kami ingin memastikan bantuan ini benar-benar menyentuh warga yang membutuhkan, agar mereka tetap kuat menghadapi keadaan ini,” ujarnya ketika menyerahkan bantuan di Aceh Timur. 

Ia menegaskan bahwa kehadiran Bank Aceh di tengah masyarakat bukan sekadar simbol, melainkan komitmen nyata sebagai entitas milik daerah untuk berkontribusi melalui aksi-aksi kemanusiaan. Bupati Aceh Timur Iskandar Usman Al-Farlaky mengapresiasi kesigapan tersebut dan menyebut kehadiran langsung Dirut Bank Aceh sebagai bukti komitmen yang kuat dalam mendukung penanganan dampak banjir di daerahnya.

Selama masa darurat, Fadhil Ilyas terus bergerak dari satu daerah terdampak ke daerah lainnya. Ia tampak di posko-posko pengungsian menyerahkan bantuan logistik, memberi semangat kepada para korban, serta memastikan layanan perbankan darurat tetap berjalan. Pada 30 November 2025, misalnya, Fadhil hadir di Lhokseumawe bersama Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian untuk menyerahkan bantuan sembako kepada ratusan pengungsi banjir yang ditampung di kompleks Islamic Center setempat. 

Dalam kesempatan itu, Fadhil menegaskan bahwa Bank Aceh tidak hanya hadir sebagai lembaga keuangan, tetapi juga sebagai bagian dari masyarakat Aceh. 

“Banjir ini meninggalkan luka bagi banyak keluarga. Karena itu, kami merasa berkewajiban ikut meringankan beban para pengungsi,” ujarnya, seraya berkomitmen akan terus memantau kebutuhan di lapangan dan menambah dukungan bila diperlukan.


Sinergi dengan Pemerintah Aceh

Komitmen Fadhil Ilyas juga tercermin dari sinerginya dengan pemerintah daerah. Ia kerap mendampingi Gubernur Aceh Muzakir Manaf (Mualem) turun ke wilayah-wilayah terdampak bencana. Dalam kunjungan kerja ke Aceh Selatan, Aceh Singkil, dan Kota Subulussalam pada 10“11 Desember 2025, Fadhil bergabung dalam rombongan gubernur yang membawa bantuan menggunakan helikopter ke sejumlah desa terisolasi.

Rombongan ini menyalurkan ribuan paket logistik bagi warga terdampak dan meninjau langsung kerusakan infrastruktur seperti jalan, jembatan, fasilitas publik, hingga sarana pendidikan di daerah banjir. Bagi Fadhil, membantu korban di berbagai daerah bukan sekadar menjalankan CSR perusahaan, melainkan bagian dari tanggung jawab sosial yang melekat pada Bank Aceh sebagai bank milik rakyat Aceh. 

“Penyaluran bantuan bagi korban banjir bukan hanya kewajiban moral, tetapi wujud nyata komitmen Bank Aceh untuk selalu hadir di tengah masyarakat,” tegasnya. Dalam situasi darurat, lanjut Fadhil, Bank Aceh tidak bisa berfungsi sebatas lembaga keuangan yang menjalankan layanan ekonomi, tetapi harus turun langsung memberikan dukungan kemanusiaan bagi masyarakat yang membutuhkan.

Gubernur Aceh Muzakir Manaf (tengah) didampingi Direktur Utama Bank Aceh Syariah Fadhil Ilyas (kiri) meninjau Kantor Bank Aceh Cabang Singkil pascabanjir pada 10 Desember 2025. Kehadiran pimpinan daerah dan manajemen Bank Aceh di lapangan memastikan layanan perbankan telah pulih, sekaligus memberikan motivasi kepada para pegawai di wilayah terdampak. 

Mualem sapaan Muzakir Manaf menyebut langkah sigap Bank Aceh menjaga “denyut layanan keuangan tetap stabil” di tengah banjir sebagai komitmen yang patut diapresiasi. Sinyal koordinasi erat antara pemerintah Aceh dan Bank Aceh pun tampak jelas melalui kolaborasi tersebut, di mana Bank Aceh kembali tampil sebagai penyangga utama stabilitas ekonomi masyarakat di tengah masa sulit.


Pengabdian sebagai Ladang Ibadah

Dari hari pertama bencana hingga masa pemulihan, keteladanan Fadhil Ilyas memimpin Bank Aceh Syariah di masa krisis ini telah menyentuh banyak pihak. Ia tak segan menyingsingkan lengan baju, turun ke lokasi paling terdampak, dan berjalan beriringan dengan pemerintah daerah demi membantu masyarakat Aceh bangkit. Bagi Fadhil, pengabdian di tengah bencana adalah panggilan hati dan bagian dari ibadah. 

“Selama kita hidup, kita wajib bermanfaat dan mampu berbuat untuk kemaslahatan masyarakat banyak,” ujarnya, meyakini bahwa kerja keras membantu sesama di masa sulit merupakan ladang ibadah yang kelak bernilai pahala. Prinsip hidup inilah yang menjadi landasan totalitasnya dalam melayani negeri. 

Sepanjang masa tanggap darurat banjir dan longsor ini, Fadhil Ilyas membuktikan bahwa Bank Aceh tak hanya hadir sebagai entitas bisnis, tetapi sebagai mitra masyarakat yang setia dalam duka maupun suka sebuah amanah yang diembannya dengan sepenuh hati.[arn]

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
pema