Rabu, 02 April 2025
Beranda / Liputan Khusus / Indepth / Mampukah Bupati Aceh Tengah Menyelamatkan Danau Lut Tawar?

Mampukah Bupati Aceh Tengah Menyelamatkan Danau Lut Tawar?

Sabtu, 29 Maret 2025 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Bahtiar Gayo

DIALEKSIS.COM| Indept- Serius dan mampukah Bupati Aceh Tengah menyelamatkan Danau Lut Tawar? Genderang sudah ditabuh, duet Haili- Muhcsin ingin menggerakan seluruh elemen untuk satu irama dalam menyelamatkan danau kebanggaan rakyat Aceh.

Namun, tidak semudah diucapkan, tidak semudah membalikan telapak tangan. Danau diantara pelukan gunung di negeri beraroma kopi, saat ini memiliki persoalan yang kompleks, diambang kehancuran. Bukan hanya endemic lokal, isi danau yang terancam punah, namun ekologis yang buruk menjadi persoalan yang semakin menumpuk.

Regulasi danau yang belum komfrehensif, ditambah penegakan hukum bagaikan menegakan benang basah, belum ada keberanian untuk bersikap, menjadikan Danau Lut Tawar bagaikan bukan lagi milik publik.

Namun seakan akan sudah menjadi milik pribadi segelintir orang. Penimbunan danau kerap terjadi, pemilik usaha di seputaran danau menambah luas tanah usahanya, sementara keberadaan danau semakin berkurang, menciut.

Melihat kondisi danau yang semakin parah, Haili menabuh genderang, berupaya menyelamatkan danau. Langkah awal akan dilakukan penertiban keramba apung berupaya cangkul padang dan cangkul dedem. Kemudian akan disusul dengan upaya lain dalam pelestarian danau.

Catatan Dialeksis.com, dua jenis alat penangkapan ikan ini empat tahun yang lalu menjamur di seputaran danau. Kabel listrik berseliweren, gemerlap lampu ketika malam hari terlihat jelas dari lokasi jaring penangkap ikan ini.

Pernah mau ditertibkan, namun rencana itu hanya sebatas wacana, tidak ada aplikasi di lapangan. Ikan yang ada di danau terkuras keluar dalam jumlah besar, tidak terkontrol.

Kini Haili Yoga sang pemilik lencana di dada sebagai orang nomor satu di Aceh Tengah akan menertibkanya dan berupaya melestarikan Danau Lut Tawar dari kehancuran.

Pemkab bersama masyarakat dan para reje di sekitar Danau Lut Tawar telah sepakat, untuk menertibkan cangkul padang dan cangkul dedem. Kesepakatan itu dihasilkan ketika Bupati Haili menggelar rapat usai shalat subuh, Rabu (26/03/2025) di Mendale, pinggiran Danau Lut Tawar.

Ada tujuh poin yang dihasilkan dalam rapat ini; Pertama berkomitmen dan sepakat melakukan pelestarian Danau Laut Tawar mengingat kondisi danau saat ini yang cukup mengalami tekanan ekologis.

Kedua memberhentikan operasional cangkul padang dan cangkul dedem, selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan pengesahan qanun pelestarian Danau Laut Tawar.

Ketiga, menjaga kelestarian hutan, pengelolaan sampah dan penataan keramba jaring apung untuk keberlanjutan sumberdaya air dan eksistensi dana. Keempat mengoptimalisasikan pengembangan pembenihan ikan endemic.

Kelima akan dilahirkan regulasi komprehensif dalam qanun demi pelestarian danau. Keenam, ini yang memiliki tantangan besar, terkait penimbunan zona litoral Danau Laut Tawar. Untuk kausul ini akan dilanjutkan dengan diskusi bersama unsur pimpinan dan pemangku kepentingan. Mengingat maraknya penimbunan badan air oleh pengusaha wisata seputaran danau.

Sementara poin ketujuh, tidak kalah menariknya, penertiban perlu dilakukan segera dan bersama-sama seluruh unsur pemangku kepentingan. Namun publik bertanya, serius dan mampukah Haili Yoga untuk melakukanya?

Soal Cangkul dan Penyelamatan Ikan

Di Danau Lut Tawar sebelumnya hanya ada penangkap tradisional, berupa dedesen dan penyangkulen. Kemudian berseliweren jaring (doran) hampir di seluruh danau terbentang doran. Empat tahun belakangan muncul dua jenis jaring yang terbilang “ganas”.

Pertama cangkul padang yang menjaring ikan kecil (ikan endemic, depik). Cangkul ini mulai menjamur di danau sekitar tahun 2021. Ada juga cangkul dedem (dorong) yang mengangkat ikan ikan sedang, jenis mujahir.

Hasil tangkapan cangkul dorong ini pernah membuat Takengon “geger”. Ikan mujahir yang terjaring cangkul cukup banyak, bahkan sempat dijual dengan harga murah. Namun seiring dengan perjalanan waktu, ikan mujahir mulai menciut dari danau.

Ikan mujahir yang kecil, lolos dari jeratan cangkul dorong, justru terperangkap dalam cangkul padang, bersama ikan depik.

Ikan kecil jenis depik, bahkan anak ikan mujahir terangkat dalam jaring ini. Dampaknya ikan khas Danau Lut Tawar semakin berkurang dan mulai langka. Namun langkanya ikan endimik danau bukan hanya karena cangkul padang.

Ada predator yang lebih ganas di danau, yakni pemangsa telur ikan, warga seputar danau menyebutnya depik tsunami. Sejenis ikan cere dan ikan guppy, dan kepala timah, ikan pemakan jentik. Ikan dari luar ini berkembang cukup pesat di Danau Lut Tawar, hingga kini mereka menjadi “raja”.

Penulis bersama warga di seputaran danau paling sering melihat ganasnya ikan ini memangsa telur ikan, baik dari jenis ikan depik dan bawal (ikan mas). Gerembolan ikan ini ketika menyerbu telur yang baru dipijah, terlihat menghitam. Dalam waktu sekejab telur ikan itu masuk ke dalam perut ikan jenis cere ini.

“Bapak lihat dulu bagaimana ganasnya depik tsunami ini memakan telur ikan,” sebut Mahya, salah seorang nelayan di Kala Segi Bintang, sambil menunjuk ikan bergerombol ini memakan telur ikan.

Dalam waktu sekejab, telur telur ikan yang tersebar di danau ini berpindah alam, masuk ke dalam perut ikan pemakan jentik ini.

“Kalau soal penertiban cangkul padang, asal tidak pilih kasih, kami mendukungnya. Namun kalau disebutkan kami pemusnah ikan depik, kami tidak terima. Karena ada predator yang lebih ganas di danau ini,” sebut Mahya yang turut diamini Aman Rahmida, warga Kala Segi.

Bila ikan tsunami ini mampu diberangus, peluang ikan depik untuk berkembang biak dan dapat lagi dinikmati terbuka lebar. Namun kalau ikan tsunami ini dibiarkan berkembang, akan hangus depik yang ada di danau.

 Selain itu, lopster juga merupakan pemangsa telur ikan yang turut membuat depik berkurang. Pemangsa ini yang harus dihilangkan demi menyelamatkan depik, sebut Mahya.

Soal cangkul padang dan cangkul dorong pada awal tahun 2022 akan ditertibkan. Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar sudah mewacanakan penertiban cangkul. Namun hingga berahir masa jabatanya, cangkul padang dan cangkul dedem tetap beroperasi sampai sekarang.

Saat itu, ada 11 organisasi peduli lingkungan yang mendukung upaya Pemda dalam menertibkan cangkul padang dan dedem. Ada forum Gayo Rimba Bersatu, Ikatan Pemuda Kebayakan. Ikatan Pekerja Terminal (Takengon), FORGAB (Forum Gayo Bersatu), LSM KGPK, LSM GEMPUR.

Organisasi Pemuda Bintang, Gayo Rimba Bersatu, Base3 Kocan. Asosiasi Advokad Lingkungan, FKGL (Forum Komunikasi Gayo Linge) dan Yayasan Peduli Nanggroe Atjeh (PeNA). Mereka mendukung Pemda untuk melakukan penertiban jaring di danau.

Danau Menciut.

Selain tekanan ekologis yang cukup tinggi terhadap Danau Lut Tawar, ulah manusia yang ingin “menguasai” danau juga tak kalah menariknya dari persoalan danau. Kawasan obyek wisata ini semakin lama semakin lebar, sementara danau semakin menciut.

Bukan hanya sampah dan limbah yang muaranya ke danau, namun penimbunan di zona territorial danau semakin membuat danau merana. Penimbunan badan air di danau oleh pengusaha wisata di seputaran danau telah menghadirkan pemandangan danau semakin menciut.

Danau seluas 5.472 hektar ini, sepanjang bentangan sudah banyak timbunan, apalagi ketika musim kemarau, air danau menyusut, aksi timbunan ini terus terjadi. Teriakan para pemerhati lingkungan, tidak membuat mereka yang menimbun untuk menghentikan aktivitasnya. Bangunan diatas timbunan tetap berdiri di pinggir danau.

Bupati Aceh Tengah Haili Yoga yang berkewajiban menyelamatkan danau, dalam rapat ahir Ramadhan 2025, sudah mengeluarkan 7 poin yang akan ditindak lanjuti, salah satunya penertiban timbunan danau.

Bagaimana tehnis menertibkan soal timbunan dan bangunan yang sudah ada di kawasan seputaran danau, Bupati Aceh Tengah menjanjikan akan membahas persoalan ini lebih lanjut. Bupati akan menghadirkan berbagai pihak dan pemangku kepentingan untuk menemukan solusi mengatasi persoalan ini.

Sementara itu, ketua DPRK Aceh Tengah, Fitriana Mugie, menjawab Dialeksis.com menjelasakan, pihaknya sangat mendukung upaya pelestarian Danau Lut Tawar. Menurutnya, pengelolaan kawasan Danau Lut Tawar, memerlukan kerja bersama yang kolaboratif oleh sejumlah pemangku kepentingan.

“Seluruh pihak harus terlibat dalam menjaga dan menyelamatkan Danau Lut tawar. Bagaimana memanfaatkan danau untuk kesejahtraan dan sebagai harta pusaka untuk anak cucu, itu yang harus dilakukan,” sebutnya.

Tentunya semua pihak harus terlibat, baik itu unsur pemerintah, pelaku wisata, LSM lingkungan, nelayan dan juga tidak ketinggalan masyarakat. Semua harus bahu membahu menyelamatkan danau, sebut Fitriana Mugie.

"Pada prinsipnya qanun, sebuah regulasi yang komfrehensif harus ada untuk penyelamatan danau. Untuk itu kami akan menggodok qanunya, apa apa yang sudah ditetapkan dalam qanun sebelumnya, kekuranganya akan diperbaiki dalam sebuah qanun, demi menjaga kelestarian danau,” jelasnya.

DPRK Aceh Tengah, jelas Fitriana, berkomitmen dan mendukung penuh upaya yang akan dilakukan Bupati Aceh Tengah untuk menjaga kelestarian danau. Karena danau ini bukan hanya milik kita, namun milik anak cucu kelak,” jelasnya.

Publik bertanya, apakah serius dan mampu Bupati Aceh Tengah melakukanya. Mengingat banyak pengusaha wisata di seputaran danau yang selama ini sudah menimbun dan membangun, merupakan orang yang “berpendidikan” dan punya kekuatan, sehingga mereka dengan mudah melanggar ketentuan.

Tantangan yang dihadapi Bupati tidaklah mudah, namun butuh keseriusan dan kemauan dan harus didukung oleh semua pihak, karena danau ini milik publik. Kebangaan rakyat Aceh yang harus diselamatkan.

Mampukah Haili Yoga yang kini mengenakan lencana di dada sebagai orang nomor satu di Aceh Tengah melestarikan Danau Lut Tawar untuk generasi selanjutnya. Keseriusan dan kemampuan bupati diuji. Publik menanti apa yang akan terjadi. Semoga danau ini akan tetap lestari *** Bahtiar Gayo


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI