DIALEKSIS.COM | Abu Dhabi - Partisipasi Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) dalam ajang bergengsi Abu Dhabi International Petroleum Exhibition & Conference (ADIPEC) 2025 di ADNEC Centre, Abu Dhabi pada 3-6 November 2025, menjadi sorotan utama para pelaku industri energi dunia. Bersama Kementerian ESDM dan SKK Migas, BPMA tampil di Indonesia Pavilion mengusung tema “Potentials to Discover, Partners to Deliver”-- menawarkan peluang investasi migas yang menjanjikan dari Tanah Rencong.
ADIPEC 2025 menghadirkan lebih dari 1.800 pembicara dan 389 sesi konferensi yang berfokus pada ketahanan energi dan inovasi teknologi. Di tengah gemerlap pameran energi terbesar dunia ini, booth BPMA menjadi salah satu yang paling ramai dikunjungi investor global yang ingin menjajaki potensi minyak dan gas di Aceh.
Kepala BPMA Nasri Djalal memimpin langsung delegasi Aceh dan menggelar sejumlah pertemuan strategis dengan perusahaan internasional seperti Japex, Jogmec, Anton Oil & Gas Development Company, Petronas, dan Bakertilly. Pertemuan tersebut membahas peluang kerja sama dan investasi di sektor hulu migas Aceh.
“Partisipasi kami di ADIPEC 2025 bukan sekadar promosi, tetapi langkah strategis membuka jalan bagi kolaborasi jangka panjang. Aceh terbuka untuk bisnis, dan BPMA siap menjadi mitra strategis bagi investor global,” ujar Nasri.
Sementara itu Kepala SKK Migas Djoko Siswanto, menegaskan bahwa kemandirian energi menjadi pilar penting dalam membangun kedaulatan nasional.
“Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memastikan setiap kerja sama internasional di sektor hulu migas membawa manfaat nyata memperkuat ketahanan energi, mengembangkan industri pendukung, dan mempercepat alih teknologi,” ujarnya.
Peresmian Indonesia Pavilion ditandai dengan seremoni pemotongan pita oleh perwakilan Kementerian ESDM RI Nanang Abdul Manaf, Kepala SKK Migas Joko Siswanto, Perwakilan KBRI Abu Dhabi M. Shadri, dan Kepala BPMA Nasri Djalal. Kehadiran mereka menegaskan komitmen kuat pemerintah Indonesia memperkuat posisi energi nasional di panggung internasional.
Delegasi BPMA juga mendapat sambutan hangat dari Duta Besar RI untuk UEA, Judha Nugraha, di kompleks KBRI Abu Dhabi. Dubes Judha mengapresiasi keikutsertaan BPMA dan berjanji membantu mempromosikan peluang investasi energi Aceh kepada pengusaha Uni Emirat Arab.
Forum ADIPEC 2025 yang diikuti ratusan perusahaan dari lebih 160 negara menjadi panggung strategis bagi Indonesia memperkenalkan visi energi nasional. Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, pemerintah menargetkan peningkatan produksi migas nasional sebesar 31% untuk minyak dan 51% untuk gas pada 2029, sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2025 - 2029.
Target ambisius ini didukung oleh reformasi fiskal dan penyederhanaan perizinan untuk mempercepat investasi, terutama di wilayah frontier seperti Aceh. Fokus utama Indonesia di ADIPEC 2025 adalah mempromosikan 14 cekungan potensial, di antaranya Cekungan Sumatra Selatan (11,4 miliar BBOE gas bumi), Selat Makassar (29 BBOE gas bumi), dan Warim (25,9 BBO minyak bumi serta 42,2 TCF gas bumi).
Selama pameran, booth BPMA di Indonesia Pavilion menjadi magnet perhatian. Selain berinteraksi dengan investor global, BPMA juga berpartisipasi dalam tiga sesi utama, yaitu: CCUS/CCS Opportunities and Partnerships in Aceh, Indonesia, Upstream Block with Downstream Leverage: Accelerating Market Access in Aceh and North Sumatera Region, dan Unlocking Aceh’s Energy Potential: Strengthening Investment and Partnership Opportunities in Indonesia’s Western Area
Dalam presentasi tersebut, BPMA menyoroti potensi besar cadangan migas Aceh serta peluang pengembangan teknologi energi bersih seperti Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS).
Delegasi Indonesia di ADIPEC 2025 terdiri dari SKK Migas, Kementerian ESDM, BPMA, delapan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), serta lima Perusahaan Dalam Negeri (PDN). Kolaborasi lintas lembaga ini menegaskan kesatuan visi Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam pasar energi global.
Realisasi investasi hulu migas nasional hingga semester I 2025 mencapai US$7,19 miliar, dengan proyeksi hingga akhir tahun sebesar US$15,9 miliar tertinggi dalam satu dekade terakhir. Capaian ini menjadi bukti nyata bahwa Indonesia, termasuk Aceh, tengah memasuki era kebangkitan energi baru yang berdaya saing tinggi.[Adv]