Aceh Harus Waspada, Corona Masih Mengintai
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Aceh sudah dinobatkan sebagai provinsi hijau dalam penyebaran cirus corona. Pemerintah daerah sudah mulai menyiapkann pase menjalani new normal. Namun virus corona tidak mengenal istilah kawasan hijau, dia tetap mengintai.
Buktinya, hingga saat ini, Minggu (21/06/2020) di Aceh tercatat 47 dianyatakan positif corona. Dua meninggal dunia, 20 dinyatakan sembuh, selebihnya masih dalam perawatan. Teranyar yang membuat geger, ketika perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, dikonfirmasi positif.
Jumlahnya juga mengejutkan untuk Aceh, ada 4 tenaga medis yang harus menjalani perawatan intensif. Aceh sudah dinobatkan sebagai zona hijau, namun amankah Aceh dari gempuran corona? Jawabanya tentu tidak.
Sebelum empat perawat ini dikonfirmasi positif Covid-19, satu lagi nyawa melayang di bumi Aceh. Walau Suk, 63, bukan penduduk Aceh, datang dari Sumatra Utara, namun sudah menambah daftar korban di Aceh.
Aceh belum ada pihak yang berani menyatakan aman dari gempuran corona. Namun justru angka positif corona yang bertambah. Walau Aceh untuk Indonesia dinobatkan sebagai zona hijau, namun tidak ada jaminan Aceh bebas dari Covid-19.
Memasuki pase new normal, justru daftar terkena corona meningkat. Tidak tertutup kemungkinan angka itu akan semakin bertambah (kita doakan semoga tidak bertambah).
Masyarakat Aceh jangan anggap sepele dengan wabah ini. Bisa jadi air tenang menghanyutkan. Sebelum semuanya terjadi, sebagai manusia kita harus berupaya mengantisipasinya.
Bila wabah ini menggila dia akan menyapu rata, siapapun berpeluang terkena. Tidak ada istilah seseorang itu bebas dari gempuran corona. Semua berpeluang selamat, semua berpeluang terkena.
Sebagai rakyat Aceh yang dikenal dengan relegiusnya yang “kental”, menyiapkan payung sebelum hujan dalam menghadapi virus ini, memang harus dilakukan. Jangan peu beuhe beuhe droe dengan wabah ini.
Artinya, agar semuanya berpeluang selamat, masyarakat harus mengikuti SOP protokol kesehatan. Jadikanlah wabah ini sebagai musuh, bukan sebagai teman. Untuk itu protokoler kesehatan harus diikuti.
Sebagai rakyat Aceh, jangan malu dan sungkan melakukan rapid tes. Bila ada yang datang ke Aceh, juga harus siap dengan isolasi mandiri, melakukan tes swab, serta mengikuti anjuran protkoler.
Semua itu harus dilakukan demi menjaga dan mencegah penyebaran virus tidak merambat ke mana-mana. Jangan karena kita ada orang lain yang harus kita korbankan. Ada orang lain yang turut menjadi korban, baik karena ketidakpedulian kita, ketidaktahuan kita, atau karena kita yang “bebal”.
Aceh belum bebas dari gempuran Covid-19, sebagai provinsi yang sudah dinobatkan sebagai zona hijau, masyarakat harus mempertahankan itu. Minimal memperkecil angka penyebaran virus.
Sayangilah nyawa Anda. Ketika Anda terkena Covid-19, tidak ada saudara, kerabat, yang bisa menolong Anda. Mereka juga akan takut tertular, bila Anda sudah terkena. Bila Anda menghembuskan nafas terahir akibat corona, pemulasaran jenazah juga tidak seperti biasanya, namun harus mengikuti SOP Covid-19.
Tidak ada manusia yang berkeinginan terkena corona, semuanya berusaha menghindar. Namun alangkah naifnya bila Anda sudah dianjurkan mengikuti protokol kesehatan, justru Anda langgar. Itu sama artinya dengan Anda meminta corona hinggap di tubuh Anda.
Sudah cukup kiranya yang dinyatakan positif corona, jangan lagi Anda tambah daftar angka itu. Kini Aceh akan menjalani fase new normal, semoga wabah ini tidak semakin merajalela.
Lihatlah daftar terkena virus corona. Di dunia angkanya mendekati 9 juta (8.938.290 kasus). Dari 8,92 juta orang yang positif terinfeksi Covid-19, 467.107 pasien meninggal dunia dan 4.752.365 dinyatakan sembuh.
Di Indonesia, tercatat 45.891 jumlah yang meninggal mencapai 2.465 orang dan yang dinyatakan sembuh mencapai 18.404.
Tidak ada manusia yang menginginkan dihinggapi wabah, namun sebagai manusia yang diberikan akal, kiranya kita berupaya menhindari amukan wabah. Ikutilah protokoler kesehatan, semoga wabah ini segera berahir.(Bahtiar Gayo)