Jum`at, 09 Mei 2025
Beranda / Kolom / Dilobi Hermes Hotel, Terungkap Siapa Sosok Calon Ketua Golkar Aceh Mendatang

Dilobi Hermes Hotel, Terungkap Siapa Sosok Calon Ketua Golkar Aceh Mendatang

Rabu, 07 Mei 2025 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Aryos Nivada

Penulis: Aryos Nivada Mahasiswa Doktoral Universitas Padjadjaran Bandung


DIALEKSIS.COM | Kolom - Di sudut Hermes Hotel Banda Aceh yang tenang, secangkir kopi menemani pertemuan tak terduga saya dengan Andi Harianto Sinulingga, atau yang akrab disapa Bang Ucok di hari Selasa (06/05/2025). Pertemuan ini semula hanya bagian dari agenda wawancara disertasi S3 saya bersama Prof. Hamid Awaluddin. Namun, perbincangan dengan sosok yang disebut-sebut bakal bersaing di kursi Ketua DPD I Golkar Aceh ini justru mengalir jauh melampaui ekspektasi.

Pembukaan diskusi tak dimulai dengan politik, melainkan dengan potensi ekonomi lokal: minyak atsiri. Bang Ucok dengan semangat mengkritisi ketiadaan minyak khas Aceh ini dalam program strategis nasional. 

“Kita punya produk unggulan yang pasar dan pembelinya jelas. Kenapa tidak dioptimalkan?” ujarnya. 

Ia lantas menjelaskan inisiatifnya membentuk Satgas Minyak Atsiri, yang fokus membenahi sektor hulu hingga hilir. Bagi Aceh, ini bukan sekadar komoditas, melainkan warisan budaya dan ekonomi yang bisa mengangkat martabat rakyat.

Pertanyaan kritis saya lontarkan di tengah obrolan: “Benarkah Bang Ucok serius maju sebagai Ketua Golkar Aceh?” Sorot matanya teduh, tak ada bayangan ambisi. 

“Jika teman - teman Golkar dan masyarakat Aceh membutuhkan, saya siap mengabdi. Ini kehormatan,” jawabnya santun. Lebih dalam lagi, ia menegaskan prinsip kesetiaannya: “Saya tunduk pada keputusan ketua umum partai. Amanat apa pun yang diberikan, itu tanggung jawab dan konsekuensi berorganisasi.”

Bijaknya ia menambahkan, “Ketua Golkar ke depan harus mampu membangun soliditas, bukan hanya di internal partai, tapi juga berkolaborasi dengan pemerintah Aceh untuk menjalankan visi-misi yang sudah dicanangkan.” Bagi Bang Ucok, politik bukan ajang berebut kursi, melainkan ruang untuk melahirkan ide - ide kreatif yang menjembatani kepentingan rakyat dan kemajuan daerah.

Di penghujung diskusi, Bang Ucok menyisipkan pesan menggugah: “Aceh harus keluar dari jerat kemiskinan, pengangguran, dan stunting. Ini tugas bersama, bukan hanya pemerintah atau partai.” 

Ia menekankan peran generasi muda sebagai penggerak perubahan. “Maju tidaknya Aceh tergantung pada seberapa besar kita mau bersinergi tua dan muda, politik dan masyarakat untuk menciptakan provinsi yang mandiri dan berdaulat,” tegasnya.

Pertemuan ini meninggalkan kesan mendalam. Di balik wacana strategis tentang minyak atsiri dan dinamika partai, tersirat filosofi kepemimpinan Bang Ucok: rendah hati, visioner, dan berorientasi pada kolaborasi. 

Ia tidak terjebak retorika, tetapi menawarkan solusi konkret. Di tengah gencarnya politik identitas dan ambisi kekuasaan, sosok seperti ini mengingatkan kita bahwa esensi berpolitik adalah melayani bukan dengan gemuruh janji, tetapi dengan kerja nyata yang menyentuh akar rumput.

Aceh tak butuh pemimpin yang gemar bersorak di panggung. Aceh butuh tangan-tangan yang mau menyelami persoalan rakyat, lalu bergerak bersama membuka jalan keluar. Seperti minyak atsiri yang diekstrak dari kedalaman bumi, mungkin memang dari ketulusan dan kesabaran seperti inilah harapan Aceh akan terwujud.

Penulis: Aryos Nivada Mahasiswa Doktoral Universitas Padjadjaran Bandung

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
diskes
hardiknas