Dinamika Partai Politik Lokal Menjelang Pilkada Aceh 2024
Font: Ukuran: - +
Reporter : Ikhlasul Amal
Ikhlasul Amal, mahasiswa ilmu politik UIN Ar-Raniry Banda Aceh. [Foto: for dialeksis.om]
DIALEKSIS.COM | Kolom - Mahasiswa ilmu politik UIN Ar-Raniry mengadakan kegiatan stadium general dengan tema “Eksistensi Partai Politik Lokal Dalam Pilkada Aceh 2024” pada tanggal 8 november 2024. Dalam kesempatan ini mengundang pemateri, yaitu Sayed Nazar Al-Habsyi (PAS) dan Fajran Zain (PA).
Kegiatan ini membahas tentang peran partai politik lokal Aceh yang dianggap sebelah mata oleh Masyarakat Aceh dan dinamika-dinamika yang terjadi diantara masing-masing Parlok menjelang pilkada 2024. Partai Politik lokal Aceh merupakan organisasi politik yang didirikan untuk mewakili kepentingan masyarakat Aceh.
Mereka mewakili keunikan, karena muncul dari latar belakang sejarah dan budaya suatu daerah. Pembentukan partai politik daerah berakhir dengan Perjanjian Kesepakatan MoU Helsinki tahun 2005. Namun mengingat Pilkada Aceh 2024 akan datang, tentunya banyak sekali dinamika yang terjadi oleh partai lokal yang ada di Aceh seperti persaingan antara Parlok dan Parnas di Aceh, dan lainnya. Lantas apa yang menyebabkan dinamika itu terjadi?
Persaingan antara Parlok dan Parnas
Seperti yang kita ketahui, calon Gubernur Aceh Muzakkir Manaf-Fadhullah diusung oleh Partai Aceh dan koalisi besar lainnya, sedangkan calon Gubernur Aceh Bustami Hamzah-Muhammad Fadhil Rahmi diusung oleh Partai Nasdem dan Partai Golkar. Dari situ kita bisa melihat bahwa Pasangan Muzakir Manaf memiliki dukungan yang lebih kuat dengan 64% kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), sementara Bustami Hamzah memiliki dukungan 36% dari kombinasi partai lokal dan nasional.
Peran partai lokal
Partai lokal di Aceh memainkan peranan penting dalam konteks politik daerah. Mereka tidak hanya menjadi saluran aspirasi masyarakat tetapi juga berfungsi untuk menjaga relevansi politik lokal di tengah dominasi partai nasional. Partai Aceh, sebagai pemenang Pemilu Legislatif 2024, memiliki basis massa yang kuat dan berupaya mempertahankan kekuasaan mereka setelah mengalami kegagalan pada Pilkada sebelumnya.
Potensi konflik
Sejarah Pilkada di Aceh menunjukkan adanya potensi konflik yang dapat muncul akibat ketegangan politik. Jika kita melihat ke belakang, insiden seperti pelemparan granat di rumah Bustami Hamzah menunjukkan bahwa ancaman kekerasan masih ada. Hal seperti ini harus kita atasi agar mencegah terjadinya konflik di tengah persaingan antara masing-masing Parlok.
Meskipun partai lokal memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada demokrasi Aceh, mereka menghadapi tantangan signifikan seperti konsolidasi internal yang lemah dan kesulitan dalam bersaing dengan partai nasional yang memiliki sumber daya lebih besar.
Untuk itu, saya sebagai mahasiswa ilmu politik dan juga sebagai rakyat Aceh mengimbau kepada partai lokal yang ada di Aceh untuk memperkuat struktur organisasi dan membangun jaringan yang solid agar dapat bersaing secara efektif.
Dinamika politik menjelang Pilkada Aceh 2024 mencerminkan persaingan yang intens antara partai lokal dan nasional serta tantangan keamanan yang harus dikelola dengan baik untuk menciptakan pemilihan yang damai dan demokratis. [**]
Penulis: Ikhlasul Amal (mahasiswa ilmu politik UIN Ar-Raniry Banda Aceh)