Ketika Teror Di Masjid Terulang Kembali
Font: Ukuran: - +
Peristiwa berdarah, pembantaian di masjid bukan hanya terjadi di dua masjid di New Zealand. Sejarah berdarah dengan hilangnya ratusan nyawa sudah berlangsung di beberapa tempat di dunia ini. Aksi terror dengan mesin pembunuh imenjadi catatan kelam ummat.
Aksi terorisme yang berlangsung di masjid Linwood Avenue dan Masjid An-noor di Deans Avenue, New Zealand, Jumat (15/3/2019) pagi waktu Indonesia telah menggegerkan dunia. Pelaku pembantain yang sangat brutal ini menyiarkan secara langsung di laman facebook.
Serangan dengan mesin pembunuh ditempat umum, tanpa menyembunyikan identitas pelaku, merupakan sejarah paling brutal. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, menyebutkan, tindakan ini merupakan serangan teroris dan belum pernah terjadi sebelumnya di Selandia Baru.
Pihak kepolisian Australia yang turut terlibat dalam penyelidikan kasus teroris ini, berhasil mengindentifikasi pelaku teror. Pihak kepolisian Australia menyebutkan tersangka pembantaian di dua masjid ini sebagai Brenton Tarrant, pria kulit putih berumur 28, kelahiran Australia.
Dari berbagai sumber yang berhasil penulis dapatkan, aksi terorisme, ditambah dengan penyebaran ideologi yang mendatangkan maut kini merambah belahan dunia. Aksi dan ideologi ini tidak memilih tempat dan dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.
Bukalah lembaran sejarah, aksi pembantain di tempat ummat muslim melakukan sujud sudah sering terjadi. Pada tahun 2014 di Masjid Sunni Provinsi Diyala, Irak Timur, puluhan jamaah yang sedang melakukan shalat Jumat tewas bersimbah darah. Serangan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata, menghamburkan peluru dari mesin pembunuh ke dalam masjid.
Bukan hanya itu, pada tahun 2017 lalu, sejumlah orang berencana melakukan serangan teror ke Masjidil Haram, tempat sucinya ummat Islam. Pelaku yang bunuh diri dengan bom itu berhasil digagalkan oleh pihak Kepolisian Arab Saudi. Saat dilakukan pengepungan, pelaku meledakan dirinya di sebuah bangunan lantai tiga.
Aksi sadis juga berlangsung ditahun yang sama, di Masjid Zaman, Kabul, Afganistan. 20 jamaah shalat jumat dihabisi dimana sebelumnya disiksa selama 4 jam. Bagaimana dengan peristiwa memilukan di Mesir?
Tragedi berdarah juga dialami Negara Mesir. Jumlah korban cukup banyak mencapai 235 orang (Kompas.com). Tragedi 2017 di Provinsi Sinai Utara ini juga dilakukan oleh sekelompok orang bersenjata.
Belum lagi aksi pembantain yang terang terangan dilakukan oleh pihak tertentu terhadap ummat Islam yang sedang melakukan ibadah. Warga Palestina, misalnya mereka akan senantiasa memperingati pembantaian di Masjid Ibrahimi 25 Pebruari 1994.
Aksi pembantian saat sedang melaksanakan shalat mengakibatkan 29 orang meninggal dunia, 150 lainya luka luka. Demikian dengan aksi teroris di Masjid Kota Quebec, Kanada, pada Januari 2017, dimana telah menewaskan 6 ummat muslim yang sedang melaksanakan shalat Isya.
Sejarah kelam tentang aksi teroris di masjid di belahan dunia, sudah tercatat dengan tinta hitam. Aksi teror terjadi dimana saja dan kapan saja. Aksi pembantain di dua masjid di New Zealand bukanlah sejarah yang baru diukir oleh pelaku teror, sejarah itu sudah menjadi rangkaian perjalanan dari kisah sebelumnya. (Bahtiar Gayo)