Menelusuri Wahabi
Font: Ukuran: - +
Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab (tengah). (Foto: Republika.co.id)
Istilah Wahabi terus bermuculan di seluruh wilayah termasuk di Aceh. Istilah ini sering sekali terdengar di sekililing kita, tapi jarang sekali muncul siapa dibalik istilah itu.
Peneliti Eugene Rogan dalam bukunya Dari Puncak Khilafah menulis, Wahabi ini sudah ada pada masa kekhalifahan Utsmaniyah abad 18 Masehi, di mana penguasaan Khilafah Utsmaniyah mulai berada dipersimpangan jalan, karena hanya dipermukaan semua wilayah Arab masih berada dalam kekuasaan Khalifah Utsmaniyah.
Meskipun hampir selama 2 abad lamanya, warga Arab selalu mendoakan Sultan Utsmaniyah dalam setiap salat Jumat mereka. Keadaan mulai berubah karena khalifah membuka peluang bagi warga lokal untuk menjadi pemimpin di Arab.
Muhammad bin Abdul Wahab yang lahir pada tahun 1703 dari keluarga ulama di kota Uyayna di wilayah Arab tengah yang dikenal dengan Najd.
Muhammad bin Abdul Wahab sering berpergian dan menuntut ilmu ke Basrah dan Madinah yang memegang teguh mazhab Islam paling konservatif Mazhab Hambali dan sangat dipengaruhi oleh pemikiran Ibnu Taimiyah ulama abad 14 yang menyerukan ummat Islam kembali pada penerapan syariat masa Rasulullah Muhammad SAW dan generasi pertama penerusnya.
Muhammad bin Abdul Wahab mengutuk semua praktik mistis terkait dengan sufisme sebagai penyimpangan dari jalan Islam yang benar. Sikap inilah yang kemudian dibawa oleh Muhammad Abdul Wahab ketika kembali ke Najd.
Pada awal kembalinya ulama muda ke daerah asalnya, sangat bersemangat dan didukung oleh penguasa di daerah itu, namun menjadi kontroversial ketika beliau memerintahkan seorang wanita dihukum di depan umum karena berzina.
Para pemimpin kota-kota kecil tersebut mulai takut dan khawatir dan itu bukan Islam yang dipraktikkan oleh warga Uyayna. Warga menekan penguasa waktu itu membunuh Muhammad bin Abdul Wahab, tetapi penguasa mengambil jalan mengasingkan Muhammad bin Abdul Wahab ke wilayah lain.
Awal kedatangan Muhammad bin Abdul Wahab di Arab Saudi disambut baik oleh Muhammad bin Sa’ud Pangeran Dir`iyah dan juga pendiri wilayah Arab Saudi.
Muhammad bin Abdul Wahab meminta perlindung pada Muhammad bin Sa’ud sebagai penguasa wilayah Arab Saudi.
Rakyat Saudi mengakui ini sebagai sejarah awal berdirinya negara pertama mereka tahun 1744-1745 yakni ketika dua orang sepakat bahwa Islam reformasi yang didakwahkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab akan dipraktikkan oleh Saudi yang dipimpin Muhammad Sa’ud dan penerapan syariat mereka disebut orang sebagai Wahabi. [Bersambung]
Penulis
Nasrul Zaman Dosen Muhammadiyah, Banda Aceh