Mengenang 20 Tahun Tsunami Aceh: Sepenggal Kisah Nyak Dhin Gajah
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nyak Dhin Gajah
Nyak Dhin Gajah. Foto: dok pribadi
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sudah dua dekade berlalu sejak tragedi besar gempa dan tsunami melanda Aceh pada 26 Desember 2004. Peristiwa yang mengubah kehidupan ratusan ribu orang itu menyisakan kenangan mendalam, tidak hanya bagi mereka yang berada di garis depan bencana, tetapi juga bagi mereka yang berada di tempat yang seharusnya aman. Salah satunya adalah kisah seorang pria bernama Nyak Dhin Gajah, yang saat itu sedang berada di dalam penjara di Sigli, Aceh.
Nyak Dhin Gajah nama perang yang di tampalkan padanya oleh pasukan GAM. Sebenarnya, nama aslinya Nasruddin, adalah seorang mantan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Wilayah IV Pidie. Setelah tertangkap dan dipenjarakan, ia dijatuhi hukuman penjara 3 tahun dan dijebloskan ke Lapas Benteng Sigli. Meski berada di balik jeruji besi, Nasruddin, yang akrab dipanggil Nyak Dhin, tetap menjalani hidupnya dengan penuh ketabahan dan semangat. Ia dipercaya oleh Kepala Lapas Sigli untuk menjadi juru masak bagi para tahanan. Inilah titik awal dari perjalanan hidupnya yang penuh makna.
Di dalam penjara, meski dalam kondisi terbatas, Nyak Dhin menemukan kebahagiaan dalam menjalani tugas barunya. Ia mengolah berbagai hidangan dengan bumbu khas Aceh, yang tak hanya mengenyangkan perut para tahanan, tetapi juga memberikan kenikmatan rasa yang membangkitkan semangat tersendiri bagi para tahanan. Dari sinilah keahlian memasaknya berkembang. Makanan yang ia masak menjadi penawar rasa sakit dan mengobati kerinduan masakan rumah.
Namun, tak ada yang menduga bahwa bencana terbesar dalam sejarah Aceh itu akan menghampiri mereka di dalam penjara. Pada pagi yang cerah 26 Desember 2004, saat Nyak Dhin tengah memasak bubur untuk sarapan pagi, bumi tiba-tiba berguncang hebat. Gempa besar yang mengguncang wilayah Aceh memicu tsunami yang dahsyat. Di tengah kepanikan dan teriakan, Nyak Dhin dan para petugas penjara berusaha membuka pintu sel untuk menyelamatkan para tahanan. Tak lama kemudian, air laut mulai naik, menghantam tembok penjara dan meratakan bangunan dengan tanah.
Nyak Dhin yang saat itu hanya mengenakan pakaian seadanya, bergegas menyelamatkan diri dari terjangan ombak. Meski badai tsunami itu menghancurkan banyak bagian penjara, ia bersyukur selamat dari bencana tersebut. Tragisnya, hanya ada dua napi dan seorang sipir yang meninggal dunia karena tertimpa tembok yang roboh.
Kenangan tentang bencana itu, meskipun pahit, menjadi bagian dari perjalanan hidup Nyak Dhin. Bagi dia, tsunami bukan hanya soal kehilangan, tetapi juga tentang rasa syukur atas kehidupan yang masih diberikan. Setelah kejadian itu, Nyak Dhin bertahan dan terus melangkah maju. Ia tidak hanya selamat dari bencana alam, tetapi juga berhasil melewati masa-masa sulit dalam hidupnya saat konflik Aceh.
Kini, setelah mencapai era damai, Nyak Dhin Gajah telah mengubah hidupnya dengan membuka usaha kuliner. Keahlian memasaknya yang diasah selama di penjara kini menjadi modal utama untuk membangun kehidupannya kembali. Nyak Dhin menjalankan bisnis kuliner di Banda Aceh dan Medan, menyajikan hidangan-hidangan khas Aceh yang memanjakan lidah. Dari ketabahan di balik jeruji penjara, ia kini mengukir kisah sukses yang menginspirasi banyak orang.
Kisah Nyak Dhin Gajah adalah sebuah cerita tentang perjuangan, harapan, dan perubahan. Meski hidupnya sempat terhenti dalam kegelapan penjara dan hantaman tsunami, ia membuktikan bahwa tak ada yang tidak mungkin bagi orang yang pantang menyerah. Ia tidak hanya selamat dari bencana besar, tetapi juga berhasil meraih kehidupan baru yang lebih baik, memanfaatkan keahlian yang ia dapatkan dari sebuah masa yang penuh ujian. Kisahnya adalah simbol ketahanan hidup yang tak tergoyahkan oleh apapun.