kip lhok
Beranda / Kolom / Nyawa Dan Air Mata Untuk Negeri !

Nyawa Dan Air Mata Untuk Negeri !

Minggu, 28 April 2019 08:24 WIB

Font: Ukuran: - +


DEMI menetapkan orang orang "pilihan" haruskah berkorban nyawa? Ternyata pengorbanan harta, darah dan air mata, tidak cukup untuk menentukan orang orang pilihan di negeri ini. Harus ada korban nyawa.

Apakah Anda siap berkorban nyawa, harta, darah dan air mata demi tegaknya demokrasi di negeri ini? Kalau Anda tidak siap, jangan menjadi dari bagian penyelengara pemilu. Nyawa Anda menjadi taruhan sebagai penyelenggara, pengawas dan pengaman sebuah demokrasi.

Daftar anak yatim- piatu bertambah demi sebuah demokrasi. Di lain sisi perpecahan dan jurang pemisah antar sesama anak negeri terbuka lebar. Sulit menghapus luka yang sudah mengganga itu. Untuk mendapatkan manusia yang dipilih, harganya sangat mahal, harus ada korban nyawa.

Ketika Anda sukses menjalankan tugas, Anda jangan berharap mendapat pujian atau penghargaan. Namun ketika tugas yang Anda lakukan ada celah kesalahan, maka Anda harus menerima hujatan, cacian, ancaman, bahkan Anda harus "siap" meregang nyawa.

Ketika saya membolak balik daftar pejuang demokrasi yang gugur di bumi pertiwi ini, tanpa terasa ada air hangat dari indra penglihatan saya. Mereka hilang dari muka bumi pertiwi ini dalam mengemban amanah, demi lahirnya manusia pilihan.

Ibarat peperangan, mereka adalah penjaga logistik. Mereka harus mengamankanya, walau harus dihujam desingan peluru. Mereka pembuka jalan, demi untuk mulusnya "pasukan" yang kelak diharapkan memimpin negeri ini.

Demokrasi di negeri ini sangat mahal. Hingga Sabtu (27/4/2019) sudah 326 petugas pemilu yang menghembuskan nafas terahir. 253 dari jajaran KPU, 55 dari unsur Bawaslu, 18 dari personil Polri.

Dana yang dikucurkan untuk pesta demokrasi ini juga sangat besar. Negara sudah menyiapkan Rp 24,9 trilyun. Dana itu belum termasuk yang diangarkan daerah masing masing demi suksesnya pemilu, belum lagi uang yang dihamburkan peserta pemilu. Angkanya sangat luar biasa.

Ternyata dana yang sangat besar itu tidak cukup. Harus ada pengorbanan yang jauh lebih besar nilainya, yakni nyawa. Belum lagi mereka yang sakit. Ada yang depresi dengan beban yang berat, ditambah lagi ada yang mendapat tekanan dan ancaman.

Sungguh mahal mendirikan sebuah demokrasi di negeri ini. Sungguh sangat mahal untuk menetapkan manusia pilihan yang dipilih rakyat. Semuanya harus dikorbankan, bukan hanya harta, darah dan air mata, serta perasaan, namun harus ada pengorbanan nyawa.

Dari data yang berhasil penulis dapatkan (Jawa pos), mereka yang gugur hilang dari muka bumi pertiwi ini demi pemilu, tersebar di 27 provinsi, terbanyak dari provinsi Jawa Timur (62 orang). Jawa Barat 61 jiwa, Jawa Tengah 31 jiwa.

Mengapa ini bisa terjadi? Apakah pengambil kebijakan di negeri ini tidak memperhitungkan sebelumnya, sehingga sejarah ini terukir di bumi Pertiwi? Apakah sejarah ini harus diulang kembali pada masa mendatang?

Hasil kerja keras mereka, akan menetapkan manusia pilihan. Mereka dinyatakan lolos (menang) mendapatkan kursi. Bagaimana nantinya perasaan mereka yang ditetapkan sebagai pemenang? Demi kemenangan mereka bukan hanya harta yang dikorbankan, namun nyawa.

Mereka yang sudah gugur dalam pesta demokrasi ini tidak akan bisa kembali menghirup udara dan menikmati dunia. Mereka tidak pernah menikmati hasil yang sudah mereka perjuangkan dalam mengemban amanah.

Membangun negeri ini tidak semudah membalik telapak tangan. Harus ada yang menjadi korban. Demikian dalam melahirkan negeri ini hingga mencapai kemerdekaan, tak mampu dihitung berapa nyawa yang disumbangkan.

Ada diantara mereka yang tidak diketahui di mana pusaranya. Mereka gugur ke bumi demi kita yang saat ini masih menikmati udara pertiwi. Membangun sebuah negeri, membangun tatanan negeri, nilainya sangat mahal.

Pertiwi ini dibangun dengan segala galanya. Bukan hanya menuntut pengorbanan harta, darah dan air mata, namun menuntut pengorbanan nyawa. Berapa nyawa lagi yang harus disumbangkan untukmu pertiwi? (Bahtiar Gayo).

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda