Pilkada Aceh: Eksistensi Partai Politik Lokal Tergerus, Mampukah Bertahan?
Font: Ukuran: - +
Reporter : Dicky Aulia
Dicky Aulia, mahasiswa Ilmu Politik UIN Ar-Raniry Banda Aceh. [Foto: for dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Kolom - Di tengah suasana menjelang Pilkada, fenomena penurunan kepercayaan masyarakat terhadap partai politik lokal seperti Partai Aceh (PA) dan Partai Adil Sejahtera (PAS) menjadi perhatian serius. Mengapa kepercayaan ini begitu tergerus?
Kinerja yang Buruk dan Krisis Kepercayaan
Salah satu alasan utama adalah kinerja partai lokal yang dianggap mengecewakan. Banyak kader partai yang terlibat kasus korupsi, menggunakan jabatan untuk kepentingan pribadi, hingga mengabaikan janji-janji politik mereka. Hal ini menciptakan kesenjangan besar antara harapan masyarakat dan realitas yang dihadapi.
Selain itu, masalah ekonomi menjadi faktor krusial. Banyak masyarakat merasa kondisi ekonomi mereka tidak mengalami perubahan berarti. Pengangguran yang merajalela, minimnya lapangan kerja, dan sulitnya akses kesejahteraan memperburuk persepsi terhadap partai lokal. Masyarakat mulai menganggap suara yang mereka berikan kepada partai lokal tidak membawa dampak nyata bagi kehidupan mereka.
Pentingnya Peran Mahasiswa sebagai Agen Perubahan
Sebagai mahasiswa Ilmu Politik, saya merasa sangat prihatin dengan situasi ini. Apatisme masyarakat terhadap partai lokal bukan hanya ancaman bagi keberlanjutan demokrasi di Aceh, tetapi juga berpotensi menggerus simbol kekhususan Aceh itu sendiri. Eksistensi partai lokal merupakan bagian dari identitas kita, yang seharusnya menjadi penguat otonomi khusus Aceh dalam sistem politik nasional.
Oleh karena itu, pendidikan politik bagi masyarakat menjadi sangat penting. Masyarakat perlu disadarkan kembali akan peran mereka sebagai pemilih yang kritis, sekaligus diberi pemahaman tentang pentingnya mendukung partai lokal yang benar-benar berkomitmen memperjuangkan kepentingan daerah.
Menyiapkan Generasi Pemimpin Baru
Banyaknya petinggi daerah yang terlibat korupsi dan nepotisme menunjukkan rendahnya wawasan politik mereka, sehingga tidak mampu menjalankan tugas dengan baik.
Sebagai mahasiswa, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menjadi benih-benih pemimpin masa depan. Generasi yang memiliki visi jelas, integritas tinggi, dan kemampuan politik mumpuni harus dipersiapkan agar Aceh dapat bangkit dari berbagai permasalahan yang ada.
Harapan saya, program studi Ilmu Politik dapat mencetak lebih banyak pemimpin yang mampu mengelola Aceh dengan baik, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap partai lokal dan sistem politik dapat dipulihkan. Partai lokal seharusnya bukan hanya simbol, tetapi juga alat perjuangan nyata bagi masyarakat Aceh menuju masa depan yang lebih baik. [**]
Penulis: Dicky Aulia (mahasiswa Ilmu Politik UIN Ar-Raniry Banda Aceh)