10 September Hari Pencegahan Bunuh Diri Dunia, di Indonesia Tiap Tahun Ada 700 Kasus Bunuh Diri
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi bunuh diri. [Foto: asiandelight]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Angka kasus kematian akibat bunuh diri di Indonesia memang masih tinggi. Dalam satu tahun rata-rata kematian akibat bunuh diri mencapai 700 kasus. Hal ini disampaikan Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Vensya Sitohang.
Oleh sebab itu, Ia mengatakan di Hari Pencegahan Bunuh Diri se-Dunia (World Suicide Prevention Day) yang diperingati setiap 10 September merupakan momentum penting untuk meningkatkan kesadaran warga tentang pentingnya menjaga kesehatan mental.
Ia menjelaskan, melalui promosi kesehatan jiwa mengenai deteksi dini hingga faktor risiko, masyarakat diharapkan dapat lebih peka mengenali tanda-tanda depresi dan peduli jika ada perubahan perilaku pada orang di sekitarnya.
"Bunuh diri merupakan masalah yang kompleks karena tidak diakibatkan oleh penyebab atau alasan yang tunggal. Dan faktor biologis, genetik, psikologis, sosial, budaya, dan lingkungan itu saling berinteraksi (berpengaruh satu sama lain) menyebabkan bunuh diri," katanya dikutip dari Antara, Sabtu (10/09/2022).
Ia pun mengajak agar masyarakat dapat memberi kesempatan dan waktu untuk mendengarkan cerita yang ingin disampaikan penderita serta memberikan dukungan untuk mendapatkan perawatan dari tenaga kesehatan.
Pada kesempatan yang sama, Ahli Madya Epidemiologi Kesehatan di Direktorat Kesehatan Jiwa Kemenkes Edduwar Idul Riyadi mengatakan kementerian telah menyusun kebijakan tentang pedoman pencegahan kasus bunuh diri sebagai bagian dari realisasi target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di mana pada tahun 2030 angka kematian karena bunuh diri harus diturunkan sepertiganya.
"Kalau tahun sekarang rata-rata dari data, baik itu data Polri maupun BPS, menunjukkan bahwa rata-rata sekitar 700-an kasus setiap tahunnya. Nanti di tahun 2030 (diharapkan) bisa hilang sepertiganya, itu sudah cukup sekali bahwa upaya-upaya kita (berarti) sudah berhasil dalam mencegah kejadian atau kasus bunuh diri," katanya.
Eddu juga menggarisbawahi adanya peningkatan kasus bunuh diri pada remaja pada masa sekarang. Hal tersebut, kata Eddu, menjadi sasaran target Kemenkes untuk menyusun dan menjalankan program deteksi dini bagi anak dan remaja dalam mengenali ide-ide bunuh diri.
"Setelah itu kami melakukan intervensinya, bagaimana (edukasi) meningkatkan harga diri serta meningkatkan kemampuan psikologi dan sosial anak dan remaja sehingga tidak terjadi kasus-kasus bunuh diri pada kelompok mereka," ujarnya.
Ia juga menyebutkan bahwa literasi kesehatan jiwa, terutama pada anak-anak sekolah atau remaja, sangat rendah di Indonesia sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan self diagnosis atau mendiagnosis diri sendiri.
"Jadi literasi kesehatan jiwa itu yang sekarang mau kami tingkatkan karena sekarang Kemenkes tengah memprogramkan itu, meningkatkan literasi kesehatan jiwa di sekolah," katanya.(Suara)