80 Persen Susu Indonesia Masih Impor, Ini Langkah Erick Thohir
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi. [Foto: Pixabay]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pemerintah berupaya untuk menekan impor susu Indonesia yang mencapai angka 80 persen dari total kebutuhan nasional yang berkisar 4,4 juta per tahun.
Erick Thohir selaku Menteri BUMN mengatakan adapun upaya menekan angka impor susu dengan cara meningkatkan produksi susu dari sisi hulu melalui kemitraan antara peternak susu dengan koperasi dan industri besar.
Kebutuhan susu Indonesia kian meningkat, tetapi belum dapat mengimbangi kebutuhan produksi dalam negeri. Terlebih lagi, baru-baru ini ada wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang bisa mengganggu sisi hulu.
Sebab itu, kata Erick, sangat menyambut penandatanganan kerja sama antara Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) bersama dengan Holding BUMN Pangan (ID Food) dengan HVA International BV dan Frisian Flag Indonesia yang merupakan turunan dari FrieslandCampina, di kota Wageningen, Belanda pada Jumat (2/9).
Melalui kerja sama itu, Erick Thohir mengatakan bahwa BUMN berusaha menciptakan ekosistem produksi susu segar berkualitas dalam negeri.
Dari data WHO, Indonesia termasuk dalam negara ketiga dengan angka stunting (Kerdil) balita tertinggi di Asia Tenggara sebesar 36,4 persen.
Adapun penyebab masih tingginya angka stunting itu adalah faktor rendahnya konsumsi susu di Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2020 jumlah rata-rata konsumsi susu di Indonesia adalah 16,27 Kg per Kapita per tahun.
Sebagai pembanding, konsumsi susu di Malaysia 26,20 Kg per Kapita per tahun, Myanmar 26,7 Kg per Kapita per tahun, dan Thailand 22,2 Kg per Kapita per tahun.
“Kalau anak-anak yang merupakan masa depan Indonesia tidak mendapat susu yang dibutuhkan. Akhirnya, pertumbuhan menyeluruh sebagai manusia seluruhnya tertinggal apakah stunting, kekurangan vitamin D, dan macam-macam,” pungkasnya. (CNN Indonesia)