Aktivis Lingkungan Aceh Tuntut Capres dan Cawapres Tangani Krisis Iklim di Indonesia
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sejumlah aktivis lingkungan Aceh yang tergabung dalam Koalisi Power UP menuntut kepada calon presiden dan wakil presiden agar berkomitmen dalam menangani krisis iklim dan melaksanakan transisi energi yang adil dan berkelanjutan.
"Kita harap pemimpin yang pro iklim bukan mereka yang hanya janji saja terhadap komitmen menjaga lingkungan tapi tidak menjaganya," kata Koordinator aksi, Rahmad Syukur kepada Dialeksis.com, Sabtu (4/11/2023).
Rahmad Syukur menyoroti catatan prestasi pasangan calon presiden dan wakil presiden yang dipandang kurang memperhatikan isu lingkungan dan keselamatan rakyat.
Dalam hal ini, Ganjar Pranowo, salah satu calon presiden, dianggap belum sepenuhnya pro-lingkungan dan rakyat dalam menyelesaikan konflik di Wadas.
Sementara itu, Prabowo Subianto, calon presiden lainnya, diduga memiliki keterkaitan dengan bisnis tambang batubara yang terbukti merugikan lingkungan dan menyebabkan krisis iklim.
Anies Baswedan, yang juga mencalonkan diri, dianggap gagal dalam mengendalikan polusi udara di DKI Jakarta.
"Kita berharap kepada tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden menyatakan secara terbuka dalam visi misi mereka strategi konkret untuk menghadapi krisis iklim bukan hanya fatamorgana saja," tuturnya.
Gerakan "power up" adalah upaya bersama untuk mendesak calon pemimpin Indonesia mendeklarasikan krisis iklim dan merinci langkah-langkah konkret untuk mengatasinya sehingga suhu bumi tidak meningkat lebih dari 1,5 derajat Celsius.
Di akhir agenda, massa juga melakukan aksi perbentangan sepanduk Raksasa di Daerah Tongkang Batubara yang terdampat di Pantai Naga Permai, Nagan Raya.
"Proses transisi tersebut diharapkan memprioritaskan pemulihan lingkungan dan melibatkan komunitas dalam demokratisasi energi, kita menekankan perlunya ketegasan pemimpin yang tidak mengorbankan lingkungan demi keuntungan investasi," pungkasnya.