BMKG: Suhu di Selatan Indonesia Lebih Dingin
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi kedinginan. (Shutterstock)
DIALEKSIS.COM | NTT - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa suhu di kawasan Indonesia bagian selatan saat ini lebih dingin dari biasanya karena fenomena musim kemarau. Kota Ruteng, Manggarai, NTT menjadi kota paling dingin dalam sepekan kemarin.
Menurut data BMKG, demikian dilansir Antara, Jumat (31/7/2020), suhu paling rendah tercatat di Ruteng pada 29 Juli malam yakni sekitar 10,4 derajat Celcius. Kota lain yang mencetak rekor suhu dingin adalah Malang dan Bandung (17 derajat Celcius) dan Padang Panjang (18 derajat Celcius).
Sementara pada siang hari, suhu kota-kota di selatan rata-rata mencapai 26 - 28 derajat Celcius, tetapi di saat yang sama di kota-kota utara seperti Semarang, Jakarta, dan Surabaya berkisar 30 - 31 derajat Celcius.
Cuaca dingin itu dipengaruhi antara lain oleh penguatan angin Monsun Australia. Angin tersebut mengalirkan massa udara dingin dan kering dari Benua Australia menuju Asia melewati Samudera Indonesia.
Kecepatan angin di selatan Indonesia juga lebih kuat, sekitar 10-20 knot. Adapun besaran nilai 1 knot kurang lebih setara dengan kecepatan 0,5 meter per detik atau 1,85 kilometer per jam.
Angin Monsun Australia ini sendiri menurut BMKG berpengaruh pada musim kemarau di Tanah Air. Semakin kuatnya angin ini menunjukkan bahwa Indonesia bagian selatan akan segera memasuki periode puncak kemarau.
Musim kemarau kini terjadi pada 69 persen dari 342 daerah Zona Musim (ZOM) di Indonesia. BMKG memprediksi Agustus sebagai puncak musim kemarau bagi sebagian besar wilayah yang telah mengalami kemarau.
Sebanyak 65 persen ZOM akan mengalami puncak musim kemarau tersebut, yaitu sebagian besar NTT, NTB, Bali, sebagian besar Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, sebagian Kalimantan bagian selatan, Sulawesi Selatan serta Papua bagian selatan.(ZU)