BPIP Ajak Mahasiswa Ciptakan Pemilu yang Jaga Nilai Pancasila
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Gemericik pesta demokrasi dalam bentuk Pemilihan Umum sudah dimulai, Partai-partai dan para calon pemimpin Bangsa ini Nampak muncul kepermukaan. Namun, Pesta lima tahunan ini sejatinya harus tetap mengedepankan penghayatan atas Nilai-nilai Pancasila, karena diatas hiruk-pikuk politik adalah kemanusiaan.
Pemilu harus melahirkan rasa keadilan dan prosesnya harus berjalan diatas jiwa bangsa yang beradab. Oleh karena hal tersebutlah Institute of Southeast Asian Islam Universitas Islam negeri Sunan Kalijaga bekerjasama dengan Fakultas Ilmu sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga menyelenggarakan seminar kebangsaan bertajuk 'Pemilu untuk Kemanusiaan yang Adil dan Beradab'.
Seminar yang diselenggarakan di Ruang Interaktif Center Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Fakultas Ilmu sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga ini mengundang Staff Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo sebagai Pembicara dan para civitas Akademika Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Jogjakarta serta Tamu dari Universitas Islam Negeri Sunan Kudus, Kudus, sebagai peserta.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Dr Mochamad Sodik, mengatakan bahwa sebagai miniatur Indonesia UIN Sunan Kalijaga selalu menjaga komitmen dalam menjaga keragaman dengan berbagai macam latar belakang dalam tiap unsur pendidikan, dan diharapkan dengan potensi keberagaman tersebut UIN Sunan Kalijaga selalu dapat menjadi ruang terbuka yang nyaman dan aman untuk setiap unsur di dalam UIN Sunan Kalijaga dalam berbagi sudut pandang dan berdialektika.
"Hal ini tentu menjadi tantangan bagi segenap rakyat dan bangsa Indonesia untuk benar benar mewujudkan Keadilan tersebut karena kemanusiaan kita akan utuh jika kita bisa benar benar menerapkan dan menjaga keadilan dan keberadaban tersebut dalam kehidupan sehari hari. Karena hal tersebutlah UIN Sunan Kalijaga selalu menjaga Komitmen dalam menjadi Kawah Candradimuka dan menjadi ruang belajar bagi masyarakat untuk benar benar dapat merefleksikan keadilan, kemanusiaan dan keberagaman," katanya, dalam keterangan tertulis, Selasa (11/7/2023).
Ia mengatakan, bersama BPIP diharapkan selalu terjalin sinergi yang kuat terkait pembumian Pancasila karena bersama BPIP dan UIN Sunan Kalijaga Masyarakat dapat belajar mengenai kemanusiaan dan kepancasilaan karena masyarakat dapat belajar mengenai kehidupan, keberadilan dan keberadaban yang terangkum dalam Pancasila.
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo mengatakan, Pemilu sebagai sarana Demokrasi yang ideal dan benar benar adil adalah suatu hal yang utopis. Indonesia menghadapi kenyataan bahwa ongkos pemilu yang mahal menjadikan hal yang seharusnya menjadi perayaan dan penghormatan terhadap demokrasi ini menjadi hal yang penuh intrik, dinamika dan transaksi.
"Pada akhirnya kita harus kembali pada pandangan Romo Magnis tentang Minus Mallum atau Lesser Evil yang menyatakan bahwa kita harus memilih mereka yang dosanya paling sedikit dan karenanya sebelum pesta demokrasi yang akan diselenggarakan Pada tahun 2024 tersebut kita sudah harus mulai bisa memperhatikan para calon pemimpin dengan melihat rekam jejak, kestabilan psikologis dan kemampuan mereka dalam berdiri bersama rakyat dan pemilih, kita harus bisa melihat pemimpin mana yang memiliki keutamaan yaitu mereka yang menghormati keberagaman, hak asasi manusia dan peduli pada mereka yang terpinggirkan," ujarnya.
Indonesia adalah Negara Demokrasi dengan mayoritas Islam terbesar di Dunia dan selama ini mampu melaksanakan demokrasi dengan baik dan suksesi kepemimpinan yang relatif damai dan tanpa kekerasan. Hal ini membuktikan bahwa citra Muslim yang digaungkan oleh barat sebagai umat yang keras dan otoriter tidak terbukti.
"Indonesia bersama Pancasila terbukti mampu menjaga persatuan dan kesatuan ditengah tantangan Ideologi lain yang mencoba merangsek dan karenanya kita harus dapat senantiasa menjaga kestabilan tersebut khususnya dalam momen Pesta Demokrasi ini. Kita harus menyadari dalam era digital ini sifat buruk bangsa Indonesia benar benar tergali, kita tak sadar menjadi Pribadi yang melodramatis," lanjut Antonius.