Cadangan Devisi Negara Semu, Benarkah?
Font: Ukuran: - +
[Foto: Ilustrasi/Net]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Peneliti Ekonomi Senior Institut Kajian Strategis (IKS) Eric Alexander Sugandi memproyeksikan posisi cadangan devisa Indonesia mampu menembus US140 miliar di akhir 2020, kendati posisi tersebut dinilai semu.
Per Agustus 2020, Bank Indonesia (BI) mencatatkan posisi cadangan devisa mencapai level tertinggi, yaitu sebesar US$137,0 miliar.
Nilai tersebut meningkat US$1,9 miliar dibandingkan dengan posisi akhir Juli 2020 yang sebesar US$135,1 miliar. Kenaikan cadangan devisa ini dipicu oleh penarikan utang luar negeri pemerintah.
Eric mengatakan, penarikan pinjaman ini berkaitan erat dengan pembiayaan belanja pemerintah, diantaranya untuk program pemulihan ekonomi nasional (PEN).
Menurutnya, peningkatan cadangan devisa yang tinggi juga dikontribusi oleh surplus neraca dagang dan investasi portfolio asing pada kenaikan cadangan devisa di Agustus 2020.
Di samping itu, intervensi BI di pasar valuta asing di bulan Agustus moderat, sehingga tidak terlalu banyak menguras cadangan devisa.
"[Cadangan devisa] Bisa meningkat, US$140 miliar bisa tercapai akhir tahun. Bisa juga lebih jika pemerintah menarik lebih banyak utang via SBN atau pinjaman bilateral dan multilateral," katanya kepada Bisnis, Senin (7/9/2020).
Selain itu, Eric mengatakan surplus neraca dagang tahun ini dan pemilihan di pasar saham dan obligasi karena inflows dari investor asing memungkinkan US$140 miliar tercapai pada akhir 2020.
Oleh sebab itu, kenaikan cadangan devisa akibat penarikan pinjaman bersifat semu. "Idealnya kenaikan cadangan devisa datang dari aktivitas ekonomi yang menghasilkan inflows yang tidak volatile, misalnya surplus neraca dagang dan FDI [foreign direct investment]," jelasnya.
Adapun, BI menyebut posisi cadangan devisa pada Agustus 2020 setara dengan pembiayaan 9,4 bulan impor atau 9,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Cadangan devisa yang tinggi pun dinilai mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
BI memandang ke depan cadangan devisa akan tetap memadai yang didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi [Bisnis].