Dr Yoseph: Pancasila Itu Sakti, Namun Realitas Tidak Sesuai Cita-cita Ideal
Font: Ukuran: - +
Reporter : Auliana Rizky
Direktur Institut Filsafat Pancasila, Dr Yoseph Umarhadi. [Foto: Ist.]
DIALEKSIS.COM | Nasional - Direktur Institut Filsafat Pancasila, Dr Yoseph Umarhadi mengatakan, Pancasila akan sakti selamanya. Namun realitas yang tidak sesuai dengan cita ideal, karena banyak kasus yang tidak bisa diselesaikan oleh negara ini.
Setelah melewati kurang lebih lima dekade sejak hari Kesaktian Pancasila ditetapkan oleh Presiden Soeharto pada 1 Oktober, Pancasila masih terus menghadapi tantangan dan terus mengalami ujian. Tantangan itu tentu saja telah mengalami perubahan, bukan lagi dari Partai Komunis, tetapi dari berbagai pihak termasuk munculnya politik identitas.
Dr Yoseph menyampaikan, harus diakui, sejak awal reformasi sampai sekarang masih terdapat sinisme yang kuat dalam masyarakat kota tentang Pancasila, apalagi ketika Pancasila dikatakan sakti.
Jangankan kesaktiannya, Pancasila itu sendiri sebagai dasar ideologi dan dasar filsafat negara masih dipertanyakan oleh segelintir orang.
Lanjutnya, semua ilmu pengetahuan (filsafat) berawal dari suatu kesangsian atau pertanyaan. Artinya, semakin penasaran seseorang terhadap suatu hal Pancasila, maka keberadaan Pancasila akan semakin kokoh dan kuat secara ilmiah keyakinan.
Pada masa orde baru, Pancasila dinyatakan sakti karena dipercaya dapat mengagalkan kudeta yang terjadi pada 30 September 1965 G30S/PKI. Generasi reformasi menganggap sebagai rekayasa politik rezim orba untuk mempertahankan kekuasaannya, bahkan Pancasila sudah tidak menjadi memori kolektif, apalagi kesaktiannya.
"Kesangsian terhadap Pancasila ini bisa saja karena alasan politis, tetapi juga karena argumentasi akademis filosofis terutama secara fenomenologis," ucapnya dalam diskusi "Masihkah Pancasila Sakti?" yang dikutip Dialeksis.com pada kanal Youtube Institut Filsafat Pancasila, Sabtu (1/10/2022).
Ia juga menambahkan, realitas tidak sesuai dengan cita ideal, semangat prinsip, dan nilai yang terkandung di dalam Pancasila. Apalagi banyak masalah yang tidak bisa terselesaikan oleh negara ini. Contohnya seperti kasus Cilegon, kasus Sambo, kasus korupsi, dan masih banyak kasus lainnya yang tidak sesuai dengan sila-sila dalam Pancasila.
Menurutnya, Pancasila ini akan sakti selamanya. Hal ini berdasarkan kaidah-kaidah filosofis, Pancasila mengandung nilai-nilai filosofis yang kokoh dan sistematis, artinya filsafatnya kehidupan manusia Indonesia.
Pancasila itu inheren dengan kodrat manusia, karena sesuai dengan susunan kodrat manusia menyatu jiwa dan raga, sifat manusia makhluk pribadi dan makhluk sosial, dan kedudukan kodrat manusia makhluk pribadi dan ciptaan Tuhan.
Berdasarkan penelitian filosofis, Pancasila sejatinya sudah sakti. Kesaktian Pancasila melekat secara intrinsik pada nilai-nilai dasar dan tidak akan berubah selamanya karena menjadi dasar fundamental bagi bangsa Indonesia.
"Persoalan sekarang bukan pada kesaktiannya, tetapi pada pemahaman pelaksanaan, maka tidak fair kalau orang belum paham benar tentang Pancasila, tetapi mengatakan Pancasila tidak sakti," ujarnya.
Maka dari itu, ia mengajak bangsa Indonesia untuk memahami secara benar, kemudian meresapkan dan menginternalisasi secara subjektif sehingga menjadi realitas objektif. Menjadikan Pancasila sebagai azas, roh, dan jiwa manusia Indonesia, sehingga manusia Indonesia adalah manusia Pancasila.
"Pancasila sakti jika sila-sila dipahami dan dihafal serta dijalankan oleh segenap penyelenggara negara keseluruhan masyarakat," pungkasnya. [AU]