Garuda Merespon Rekaman soal Pengurangan Karyawan
Font: Ukuran: - +
Sumber : cnnindonesia.com
DIALEKSIS.COM | Jakarta - PT Garuda Indonesia(Persero) Tbk merespons rekaman yang beredar ke publik terkait pemangkasan jumlah karyawan dan armada pesawat. Manajemen menyatakan rekaman itu merupakan diskusi internal perusahaan.
"Rekaman audio yang beredar tersebut merupakan rekaman diskusi internal perseroan yang dilakukan manajemen bersama karyawan," ucap manajemen Garuda Indonesia dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Jumat (28/5).
Sebelumnya, maskapai pelat merah itu menawarkan pensiun dini kepada karyawannya. Namun, seluruh informasi dalam rekaman tersebut hanya untuk kebutuhan internal dan bukan untuk disebarluaskan.
"Informasi untuk internal perusahaan dengan tujuan memberikan gambaran awal kepada karyawan dalam pengambilan keputusan terkait program pensiun dini," jelas manajemen.
Manajemen mengungkapkan diskusi ini dilakukan secara daring (online). Hal ini demi menjalankan protokol kesehatan di seluruh aktivitas bisnis Garuda Indonesia.
"Perseroan telah mengatur secara tegas mengenai larangan penyebarluasan informasi internal mengacu kepada aturan yang berlaku di perseroan," kata manajemen.
Hanya saja, informasi internal rupanya bocor ke publik. Untuk itu, manajemen sedang melakukan penelusuran atas tersebarnya rekaman rapat tersebut.
"Perkembangan teknologi informasi saat ini memungkinkan terjadinya penyebarluasan informasi internal di luar kontrol perusahaan," jelas manajemen.
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan pihaknya akan mengurangi pegawai karena tertekan pandemi covid-19. Hal ini terungkap dalam sebuah rekaman yang ditujukan untuk jajaran karyawan bahwa perusahaan sudah tidak ada pilihan lain.
"Tidak ada pilihan buat kami untuk eksekusi dan menjalankan yang tidak kami sukai dan hindari selama berbulan-bulan ini yakni upaya mengurangi pegawai," ujarnya dalam rekaman yang diterima CNNIndonesia.com.
Salah satu yang akan dilakukan adalah program pensiun dini. Program ini menurutnya bisa diikuti oleh semua karyawan.
Selain itu, perusahaan juga akan mengurangi armada pesawat dari 140-an pesawat menjadi 70 pesawat.
Irfan mengatakan utang perusahaan sudah mencapai Rp70 triliun dan bertambah Rp1 triliun setiap bulannya. Kenaikan utang ini karena pendapatan perusahaan tidak bisa menutup pengeluaran. Irfan memproyeksikan pendapatan Mei 2021 hanya sekitar US$56 juta.
Sementara, pengeluaran sewa pesawat saja sudah mencapai US$56 juta. Lalu, maintenance US$20 juta, avtur US$20 juta, pegawai US$20 juta.
"Secara cash sudah negatif. Secara modal sudah minus Rp41 triliun," jelas Irfa
(aud/sfr)