Harga Kedelai Naik, Satgas Pangan: dari Hasil Pemantauan Belum Ada Penyimpangan
Font: Ukuran: - +
[Dok. Tempo/Eko Siswono]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes Ahmad Ramadhan menuturkan, Satuan Tugas Pangan memantau kenaikan harga kedelai. Lonjakan harga kedelai itu pun kini banyak dikeluhkan oleh para perajin tahu dan tempe.
"Sudah menjadi tugas pokok dari Satgas Pangan untuk memonitor kegiatan-kegiatan tersebut. Satgas Pangan tetap melaksanakan tugasnya," kata Ramadhan di Gedung Bareskrim, Jakarta Selatan, Senin (4/1/2021).
Sejauh ini, ia mengatakan, belum ada penyimpangan yang ditemukan dari hasil pemantauan Satgas Pangan.
"Sementara belum ada hasil yang signifikan. Iya (kenaikan harga kedelai karena normal fenomena ekonomi)," ucapnya.
Diberitakan, menurut Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, mahalnya kedelai di dalam negeri saat ini karena pengaruh harga di tingkat global yang naik. Harga kedelai impor sangat dipengaruhi Amerika Serikat, yang merupakan negara produsen utama kedelai. Di sisi lain, ada peningkatan permintaan dari negara importir kedelai terbesar yaitu, China.
Alhasil, Indonesia sebagai salah satu negara importir kedelai mengalami imbas dari lonjakan harga di tingkat global. Perajin tahu dan tempe bahkan sempat mogok produksi selama 1-3 Januari 2021. Akibatnya, pasokan tempe dan tahu pun menjadi langka di pasaran.
Oleh sebab itu, Syahrul memastikan akan mendorong ketersediaan kedelai lokal untuk memenuhi kebutuhan nasional. Sehingga, polemik mahalnya harga kedelai bisa segera diatasi.
"Saya akan sikapi di lapangan. Saya tidak mau janji dulu karena saya lagi kerja. Insya Allah dari agenda yang sudah kami siapkan mudah-mudahan bisa menjadi jawaban. Tentu saja tidak akan semudah membalikkan telapak tangan," kata Syahrul di Kantor Pusat Kementan, Senin (Kompas.com).