Selasa, 28 Oktober 2025
Beranda / Berita / Nasional / Hari Sumpah Pemuda 2025, KAMu DemRes Ajak Pemuda Aceh Lawan Sikap Apatis

Hari Sumpah Pemuda 2025, KAMu DemRes Ajak Pemuda Aceh Lawan Sikap Apatis

Selasa, 28 Oktober 2025 14:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Koordinator Koalisi Anak Muda Democracy Resilience (KAMu DemRes), Dwy Alfina. Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com.


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Koordinator Koalisi Anak Muda Democracy Resilience (KAMu DemRes), Dwy Alfina, mengatakan bahwa Hari Sumpah Pemuda harus menjadi momentum bagi generasi muda Aceh untuk tidak apatis terhadap isu-isu demokrasi dan kebangsaan. 

Menurutnya, anak muda Aceh tidak boleh hanya menjadi penonton terhadap dinamika sosial dan politik yang terjadi di sekitar mereka.

“Anak muda jangan diam saja kalau bicara soal demokrasi dan isu-isu yang berkembang di masyarakat. Kita tidak boleh hanya menonton dan memberi ruang tanpa mengambil peran. Ruang itu sudah terbuka, tinggal bagaimana kita mau masuk dan berkontribusi,” ujar Dwy Alfina kepada media dialeksis.com di Aceh Besar, Selasa (28/10/2025).

Ia menilai bahwa banyak kalangan sering kali menyalahkan generasi muda, khususnya Gen Z, dengan berbagai stigma seperti apatis, tidak peduli politik, atau sibuk di dunia digital. 

Padahal, kata Dwy, generasi muda hari ini justru memiliki potensi besar untuk mengubah arah bangsa bila diberi kepercayaan dan ruang nyata untuk berperan.

“Jangan mudah menyalahkan Gen Z hanya karena cara mereka berbeda. Justru dari ruang digital itu, banyak perubahan sosial dan kampanye kebaikan lahir. Kita hanya perlu memberi kepercayaan dan ruang yang sehat bagi mereka,” tambahnya.

Bagi masyarakat Aceh, Hari Sumpah Pemuda memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar peringatan historis nasional. 

Bumi Serambi Mekkah ini telah lama dikenal sebagai daerah yang religius, beradat, dan memiliki sejarah panjang dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Menurut Dwy, nilai-nilai perjuangan dan keislaman Aceh harus terus dihidupkan sebagai bagian dari semangat kebangsaan.

“Sumpah Pemuda mengajarkan kita tentang persatuan. Di Aceh, nilai itu sejalan dengan semangat meuseuraya--gotong royong dan kebersamaan. Identitas keislaman dan keacehan bukan penghalang persatuan, justru itu kekuatan moral dalam menjaga keutuhan bangsa,” jelas Dwy.

Ia menambahkan, semangat tersebut juga seharusnya diterjemahkan dalam kehidupan modern saat ini. Pemuda Aceh perlu bangkit untuk menghadapi tantangan baru seperti disrupsi digital, pengangguran, dan lemahnya partisipasi politik generasi muda.

Dwy menilai, generasi muda Aceh memiliki tanggung jawab besar untuk melanjutkan semangat perjuangan para pahlawan daerah seperti Laksamana Malahayati, Teuku Umar, Cut Nyak Dhien, dan Cut Meutia.

“Kalau dulu mereka berjuang dengan senjata, hari ini kita harus berjuang dengan gagasan, inovasi, dan kerja nyata. Pemuda Aceh harus hadir di garda depan perubahan sosial dan pembangunan daerah,” tegasnya.

Menurutnya, semangat peumulia jamee, peugot adat, dan peulheue Islam harus terus dijaga sebagai dasar moral dalam membangun karakter generasi muda Aceh yang kuat dan berintegritas.

Lebih lanjut, Dwy menilai bahwa semangat Sumpah Pemuda juga merupakan ajakan untuk bersatu melawan tantangan zaman. Aceh yang pernah dilanda konflik panjang dan bencana besar harus terus bangkit dengan memanfaatkan kekuatan pemudanya.

“Tantangan kita bukan hanya tentang ekonomi, tapi juga soal semangat kolektif. Jangan sampai pemuda Aceh terpecah karena ego kelompok atau politik praktis. Momentum ini harus jadi ajang penyatuan energi lintas komunitas pesantren, kampus, dan organisasi kepemudaan,” tutupnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI