Ini 3 Ketegori Kemampuan Digital Menurut Menristek
Font: Ukuran: - +
Menristek Prof Bambang P.S. Brodjonegoro. [Dok. Tribunnews/Fitri Wulandari]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi Indonesia / Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan Indonesia masih perlu meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya untuk dapat menghadapi tantangan era revolusi industri 4.0 atau ekonomi digital.
"Dalam hal SDM, menurut saya kita membutuhkan tiga kategori kemampuan digital," kata Bambang dalam webinar mengenai implementasi Artificial Intelligence (AI) dan Industrial Internet of Things (IIoT) pada bidang industri, Jakarta, Sabtu (3/10/2020).
Dalam upaya meningkatkan kemampuan SDM, Indonesia, katanya, masih membutuhkan talenta-talenta yang memiliki tiga kategori kemampuan digital yang diharapkan dapat beradaptasi dengan era revolusi industri 4.0.
Talenta-talenta dengan 3 kriteria kemampuan digital tersebut antara lain adalah orang-orang yang memiliki keterampilan secara teknis, insinyur atau programmer dan juga enterpreneur yang dapat menguasai kemampuan di bidang teknologi atau disebut juga dengan teknopreneur.
Talenta yang memiliki keterampilan teknis tersebut, kata dia, biasanya berasal dari sekolah pendidikan kejuruan. Namun, sayangnya, sekolah kejuruan di Indonesia, menurut dia, perlu dimodifikasi ulang sehingga mampu memenuhi kebutuhan SDM yang memiliki kemampuan digital yang memadai.
"Contohnya pada dasarnya Indonesia kekurangan tenaga ahli pengkodean. Untuk melahirkan tenaga ahli pengkodean, sekolah kejuruan perlu meningkatkan tidak hanya jumlah tetapi juga (memperbaiki) kurikulum," katanya.
Bambang menilai kurikulum pendidikan kejuruan masih perlu disesuaikan sehingga mampu mengikuti kemajuan teknologi digital saat ini.
Kemudian, talenta lain yang dibutuhkan untuk dapat merangkul era digital 4.0 adalah perlunya SDM seperti insinyur dan juga programmer.
Indonesia, kata Menristek, sebenarnya memiliki banyak SDM yang dimaksud. Tetapi sayangnya, kebutuhan akan insinyur dan programmer lebih tinggi dibandingkan jumlah insinyur dan programmer yang ada saat ini. Akibatnya, Indonesia kerap mendatangkan insinyur dan juga programmer dari luar negeri.
Namun demikian, dalam jangka waktu sedang hingga lama, Indonesia perlu mempercepat upaya menghasilkan insinyur atau programmer yang bertalenta sehingga kebutuhan akan SDM tersebut dapat dipenuhi oleh tenaga lokal.
Selain itu, Indonesia juga masih membutuhkan banyak enterpreneur yang sekaligus dapat menguasai teknologi atau disebut juga dengan teknopreneur.
Kebutuhan terhadap teknopreneur tersebut, menurut Bambang, menjadi penting mengingat negara-negara lain telah banyak mengalihkan aktivitas bisnis utama mereka tidak lagi pada manufakturing sederhana atau pada sumber daya alam, tetapi saat ini lebih banyak terfokus pada bisnis digital.
Bisnis digital telah mendominasi bisnis di dunia saat ini. Oleh karena itu, Indonesia tentunya perlu bergerak ke arah itu, sehingga membutuhkan lebih banyak lagi teknopreneur. (ANTARA)