Jerry Massie: Media merupakan Mitra Capres, Bukan Musuh
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kaukus Muda Indonesia (KMI) menyelenggarakan diskusi yang bertajuk "Siapa yang Memanipulasi Demokrasi?", Senin (28/1) di kawasan Salemba, Jakarta Pusat.
Diskusi KMI ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Pengamat Politik dari UI Arbi Sanit, Analis Politik & Direktur Indonesia Public Institute (IPI) Jerry Massie dan Wartawan Senior, Yunanto.
Analis Politik yang juga Direktur IPI, Jerry Massie mengutarakan tak bisa dipungkiri bahwa media adalah bagian penting dalam demokrasi. Bahkan media merupakan salah satu pilar demokrasi. Begitu pun dalam ajang pemilu seperti sekarang ini.
"Di ajang pilpres, media menjadi salah satu faktor penting, bahkan menang dan kalah itu bisa ditentukan oleh media," kata Jerry.
Namun, dalam perjalanannya, kata dia, terkadang media menjadi sasaran empuk untuk diserang. Dia mencontohkan saat salah satu calon presiden menuduh media tidak berimbang, bahkan sudah berpihak ke calon tertentu.
"Terkadang media menjadi sasaran empuk, dalam hal ini media dilecehkan. Padahal media berdiri pada posisi ABC, Accuracy (keakuratan), Balance (seimbang) dan Credible (dipercaya)," tambahnya.
Menurut dia, seharusnya media dijadikan sebagai partner, mitra. Karena media akan mempublikasi gagasan dari para calon tersebut.
"Ketika anda mulai menyerang media, di sanalah keruntuhan demokrasi. Ketika dia menyepelekan media, maka sama saja menyepelekan demokrasi," tambahnya.
Lebih lanjut dia mengimbau kepada seluruh pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk menjadikan ajang kontestasi Pilpres kali ini sebagai ajang adu gagasan, adu program dan adu ide, bukan adu domba.
Media pun sangat berperan atas menangnya Presiden Prancis dari Partai La République En Marche! yakni, Emmanuel Macron atas Marine Le Pen salah satu capres terkuat Prancis yang anti imigran itu. Begitu pula, saat Angela Merkel dari Partai Kristen Demokratik Jerman menang dalam Pemilu di Jerman semboyannya kala itu "Wir Schafen Das" kita bisa melakukan. Sama seperti Donald Trump, "Make America Great Again".
Jangan menyalahkan media, biarlah media jadi partner news dalam pemberitaan. Jangan sampai sampai terjadi pembredelan seperti di zaman di era orde baru ada 17 media yang dibredel di Jakarta 14 (media Sinar Harapan, Detik, Tempo, Monitor) Bandung 1 media dan Surabaya 2 media.
"Kalau Jokowi pers masih merdeka kalau Prabowo saya duga freedom for speech lewat media bisa terancam. Buktinya saat Reuni 212 capres 02 ini sempat melecehkan media. Saya nilai Prabowo kurang bersahabat dengan pers, saya kurang tahu apa alasannya," kata Jerry tang juga mantan pimred di sejumlah media nasional ini.
"Pertarungan pilpres ini adalah salah satu ajang dimana para kontestan ini harusnya tidak hanya lakukan adu domba, tapi adu persepsi, adu gagasan dan adu ide. Kalau hanya adu domba, maka negara kita ini akan hancur, negara ini kacau balau," ujarnya. (rel)