Beranda / Berita / Nasional / Jokowi: Indonesia Punya Tambang, Hasilnya di Nikmati Negara Lain

Jokowi: Indonesia Punya Tambang, Hasilnya di Nikmati Negara Lain

Rabu, 13 Oktober 2021 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Presiden Jokowi. [Foto: Kompas]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo (Jokowi) hari ini, Selasa (12/10/2021) melakukan groundbreaking smelter tembaga PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus JIIPE, Gresik, Jawa Timur.

Dalam sambutannya, Jokowi menegaskan pentingnya mengolah hasil tambang di dalam negeri. Dengan demikian, nilai tambah juga bisa dinikmati oleh negara, bukannya negara lain.

Dia mengatakan, selama ini tembaga ditambang dari Indonesia, tapi sayangnya kebanyakan konsentrat tembaganya masih diolah di luar negeri, seperti di Spanyol dan Jepang.

Padahal, lanjutnya, Indonesia merupakan pemilik cadangan tembaga terbesar ketujuh di dunia, tapi sayangnya nilai tambah dinikmati negara lain.

“Jangan sampai kita memiliki tambang, konsentrat, smelter hilirisasi ada di negara lain, ada di Spanyol, Jepang, nilai tambahnya yang menikmati mereka,” tuturnya dalam acara “Groundbreaking Pembangunan Smelter PT Freeport Indonesia” di Kawasan Ekonomi Khusus Gresik, Jawa Timur, Selasa (12/10/2021).

Oleh karena itu, dengan alasan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia dan nilai tambah yang berkali lipat ini lah, maka pihaknya meminta PT Freeport Indonesia untuk membangun smelter tembaga di KEK Gresik, Jawa Timur.

“Inilah kenapa smelter PT Freeport ini dibangun di dalam negeri, yaitu di Gresik, Jawa Timur,” ujarnya.

“Karena itu, pemerintah menilai ini kebijakan strategis, terkait industri tambang tembaga setelah kita menguasai 51% saham Freeport, dan saat itu juga kita mendorong agar Freeport membangun smelter di dalam negeri. Karena kita ingin nilai tambah ada di sini,” jelasnya.

Adapun smelter pengolahan konsentrat tembaga menjadi katoda tembaga milik PT Freeport Indonesia ini berkapasitas 1,7 juta ton konsentrat tembaga dengan produk sebesar 600 ribu ton katoda tembaga.

Proyek senilai US$ 2,8 miliar atau sekitar Rp 40 triliun ini ditargetkan bisa tuntas pada 2023-2024 mendatang. (CNBC Ind)

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI