Sabtu, 13 September 2025
Beranda / Berita / Nasional / Kepemimpinan Indonesia dalam Perang Melawan Resistensi Antimikroba Diakui Dunia

Kepemimpinan Indonesia dalam Perang Melawan Resistensi Antimikroba Diakui Dunia

Sabtu, 13 September 2025 14:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Prof. Dante Saksono Harbuwono menegaskan bahwa Indonesia kini memegang peran penting sebagai pemimpin kawasan dalam upaya global melawan resistensi antimikroba (AMR). [Foto: dok. Kemenkes]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Prof. Dante Saksono Harbuwono menegaskan bahwa Indonesia kini memegang peran penting sebagai pemimpin kawasan dalam upaya global melawan resistensi antimikroba (AMR).  

Menurutnya, AMR adalah ancaman nyata yang tidak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, tetapi juga mengancam stabilitas ekonomi dunia.

“Masalah antimikroba adalah komitmen besar saya. Pada 2019, tercatat 1,27 juta kematian di dunia akibat AMR,” ujar Prof. Dante yang dilansir pada Sabtu (13/9/2025).

Di Indonesia, menurut data Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2021, diperkirakan terdapat 36.500 kematian yang dapat diatribusikan pada AMR dan 147.000 kematian yang terkait dengan AMR. 

Kematian yang “dapat diatribusikan” diartikan sebagai kematian yang sebenarnya bisa dicegah apabila bakteri penyebab infeksi tidak resisten terhadap obat. Sementara itu, kematian yang “terkait” merujuk pada kematian yang tidak akan terjadi jika infeksinya dapat dicegah sepenuhnya.

“AMR juga membawa dampak ekonomi yang sangat besar, diperkirakan mencapai 3,4 triliun dolar pada 2030,” tambahnya.

Karena itu, pemerintah bersama WHO dan ASEAN berkomitmen memperkuat layanan kesehatan primer, meningkatkan akses terhadap obat yang efektif, serta memperluas kemitraan lintas sektor.

Direktur ReAct Asia Pacific, Dr. S.S. Lal, menegaskan bahwa Indonesia telah menunjukkan kepemimpinan kuat di kawasan. Namun, ia mengingatkan bahwa penggunaan antibiotik yang tidak tepat masih menjadi persoalan serius.

“Indonesia telah menjadi pemimpin dalam perjuangan melawan AMR. Saya percaya masih ada dokter yang meresepkan antibiotik tidak tepat,” katanya. 

Ia juga menyampaikan apresiasi atas dukungan penuh pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Kesehatan, dalam penyelenggaraan konferensi ini.

Hal senada disampaikan Direktur ReAct Eropa, Anna Sjöblom, yang menilai komitmen Indonesia memberi inspirasi bagi dunia.

“Merupakan suatu kehormatan besar hadir di sini bersama mitra dari Indonesia. Saya melihat betapa pentingnya kolaborasi lintas sektor di kawasan ini, dan pengalaman Indonesia dalam mencegah resistensi antimikroba bisa menjadi contoh baik bagi dunia,” ucapnya.

Indonesia menegaskan diri bukan hanya sebagai negara terdampak, tetapi juga sebagai penggerak solusi global. Dengan dukungan WHO, ASEAN, dan jejaring internasional ReAct, kolaborasi diharapkan mampu memperlambat laju resistensi antimikroba serta melindungi generasi mendatang dari ancaman kesehatan global.

Sebagai informasi, ReAct merupakan jaringan independen internasional pertama yang mengangkat kompleksitas resistensi antibiotik serta faktor-faktor pemicunya. Sejak awal, ReAct berperan sebagai katalis global yang mendorong keterlibatan berbagai organisasi, individu, dan pemangku kepentingan dalam menghadapi isu ini. [*]

Keyword:


Editor :
Redaksi

perkim, bpka, Sekwan
riset-JSI
pelantikan padam
sekwan - polda
bpka - maulid
bpka