DIALEKSIS.COM | Purwokerto - Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, secara tegas melarang seluruh Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) untuk memberikan gelar profesor kehormatan kepada siapapun. Larangan ini disampaikan dalam acara Pengukuhan Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Jebul Suroso, sebagai Guru Besar Bidang Manajemen Keperawatan di Auditorium Ukhuwah Islamiyah UMP, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (10/4).
“Pesan kami dari PP Muhammadiyah, PTMA jangan ikut-ikutan memberi gelar profesor kehormatan. Gelar profesor melekat pada profesi dan institusinya karena itu adalah jabatan akademik,” tegas Haedar dalam sambutannya. Meski belum dituangkan dalam surat keputusan resmi, ia berharap instruksi ini dipatuhi demi menjaga marwah dan kredibilitas PTMA.
Haedar mengungkapkan, saat ini seluruh PTMA telah memiliki 431 profesor. Menurutnya, penambahan jumlah guru besar harus diikuti dengan peningkatan signifikan dalam kualitas pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, serta peran strategis perguruan tinggi.
“Catur dharma perguruan tinggi harus berbanding lurus dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun peradaban,” ujarnya.
Dia juga menyoroti capaian PTMA dalam pengembangan fakultas kedokteran. Sebanyak 20 PTMA telah memiliki fakultas tersebut, dengan 14 di antaranya terakreditasi unggul. Untuk PTMA di luar Jawa, kebijakan akreditasi lebih longgar guna mendorong pemerataan akses pendidikan kedokteran.
Haedar tak menampik bahwa prestasi PTMA dan perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia masih tertinggal dalam pemeringkatan dunia. Data terbaru menunjukkan, Universitas Indonesia (UI) berada di peringkat 206 dunia, sementara PTMA ada di kisaran 1.200. Sebaliknya, sejumlah negara seperti Malaysia, Singapura, Arab Saudi, Qatar, hingga Brasil dan Meksiko telah memiliki universitas yang masuk 200 besar.
“Kita harus bekerja keras. Di dalam negeri mungkin merasa besar, tapi di tingkat global kita masih ketinggalan,” katanya. Ia mencontohkan Universiti Malaya di peringkat 65 dunia, sementara UI masih di 206.
Haedar menegaskan, langkah menahan pemberian gelar profesor kehormatan dan fokus pada peningkatan kualitas adalah bagian dari strategi jangka panjang PTMA untuk bersaing di kancah internasional.
“Ini momentum untuk membuktikan bahwa PTMA bisa berkontribusi nyata bagi kemajuan bangsa,” pungkasnya.