Kondisi Pandemi Covid-19 Menghantam Bisnis Eksplorasi Minyak
Font: Ukuran: - +
[Ilustrasi kilang minyak, Foto: iStock/ozgurdonmaz]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pandemi covid-19 memaksa perusahaan minyak kelas kakap mengencangkan ikat pinggang dalam kegiatan eksplorasi.
"Banyak pertanyaan mengenai apakah masih menguntungkan untuk mencari minyak mengingat prospek pertumbuhan permintaan yang lemah dan lingkungan harga yang rendah," kata Analis di Pialang Minyak PVM, Stephen Brennock kepada AFP, Minggu (4/10).
"Jawabannya, sepertinya tidak. Dilihat dari serentetan penurunan nilai aset hidrokarbon besar-besaran baru-baru ini. Dengan latar belakang ini, saya tidak mengharapkan rebound pengeboran dalam jangka menengah," lanjut Brennock.
Sebaliknya, perusahaan minyak akan dipaksa untuk meningkatkan portofolio energi hijau mereka untuk bertahan hidup.
Meski sektor ini semakin terdiversifikasi ke energi yang lebih hijau, seperti listrik dan tenaga angin, namun bisnis intinya tetaplah minyak dan gas.
Menurut kelompok penelitian Westwood, sektor energi telah memangkas proyek eksplorasi di perairan Laut Utara Inggris hingga 70 persen dan hingga 30 persen di lepas pantai Norwegia.
Raksasa minyak Amerika Serikat, ExxonMobil misalnya, telah memangkas total rencana eksplorasi sebesar 30 persen atau pengurangan investasi sebesar US$10 miliar atau sekitar Rp148,5 triliun.
Menurut firma hukum Texas, Haynes & Boone, lebih dari 30 perusahaan eksplorasi dan produksi minyak di AS tahun ini telah mengajukan kebangkrutan.
Sementara itu, kelompok riset Rystad Energy mengatakan jika harga minyak tetap tertahan di sekitar level US$40 per barel saat ini, diperkirakan 150 perusahaan minyak lainnya gulung tikar pada 2022 mendatang [cnnindonesia].