Kurangi Gas Rumah Kaca, Sawit Mampu Hasilkan Bioenergi Melalui 3 Generasi
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi sawit. [Foto: Istimewa]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Industri sawit juga berperan besar dalam memproduksi biofuel atau bahan bakar nabati sebagai substitusi energi fosil. Sebagaimana diketahui bahwa sumber emisi gas rumah kaca (GRK) global terbesar ialah energi fosil.
Oleh karena itu, salah satu cara untuk menurunkan emisi GRK tersebut dengan cara mengurangi konsumsi energi fosil dan mulai beralih ke energi yang lebih hemat emisi.
Melansir laman Palm Oil Indonesia pada Senin (13/6/2022), industri sawit mampu menghasilkan energi biofuel generasi pertama (biodiesel dan green fuel/green diesel, green gasoline, green avtur) dari pengolahan minyak sawit (CPO/CPKO).
Kemudian, energi biofuel generasi kedua (biopremium/biogasoline/bioethanol, biopelet, biogas/biolistrik, biobara) dari biomassa sawit (tandan kosong, cangkang dan serat buah, batang dan pelepah).
Sedangkan, energi biofuel generasi ketiga (biogas, biolistrik dan biodiesel algae) dari limbah cair POME.
Berdasarkan Data PASPI ditemukan biofuel sawit secara intensif dikembangkan di Indonesia adalah biodiesel. Program Mandatori Biodiesel (B30) telah menjadikan Indonesia sebagai produsen biodiesel terbesar di dunia.
Namun, seiring dengan implementasinya program mandatori berdampak pada pengurangan emisi GRK yang terus meningkat dari sekitar 592,3 ribu ton CO2 eq tahun 2010 meningkat menjadi 22,3 juta ton CO2 eq pada tahun 2020.
Adapun pengolahan limbah cair Palm Oil Mill Effluent (POME) menjadi bagian mitigasi pengurangan emisi di tingkat Pabrik Kelapa Sawit (PKS).
Ini dikarenakan kolam POME menjadi sumber emisi GRK. Limbah cair POME mengandung banyak senyawa organik dan berpotensi melepaskan bahan berbahaya seperti gas methana dan dapat diubah menjadi biolistrik melalui proses gasifikasi, sehingga dapat mengurangi emisi GRK.
Besarnya emisi CO2 mampu terserap melalui produksi biofuel yang rendah emisi dan alternatif untuk menggantikan bahan bakar fosil.
Hal ini menunjukkan bahwa industri sawit mampu mengurangi konsentrasi CO2 atmosfer bumi. (Wartaekonomi)