LP3ES Soroti Media Massa yang Jawa Sentris
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi Hari Pers Nasional (HPN) 2020. [Foto: IST/Dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Direktur Center for Media and Democracy LP3ES Wijayanto menilai, media massa di Indonesia masih cenderung bersikap Jawa sentris. Padahal, salah satu elemen jurnalisme adalah pemberitaan harus proporsional dan komprehensif.
Hal itu disampaikan Wijayanto sebagai catatan dalam peringatan Hari Pers Nasional yang jatuh pada hari ini, Minggu (9/2/2020).
"Justru karena subjektif wartawan harus ingat agar proporsional dalam menyajikan berita. Ibarat sebuah peta, ada detail suatu blok, tapi juga gambaran lengkap sebuah kota. Di Indonesia terjadi apa yang oleh para pengamat media sebagai Java centrism yang berpusat pada Jakarta yang melanggar prinsip ini," kata dia dalam keterangan pers, Minggu (9/2/2020).
Wijayanto merujuk pada riset Center for Innovation, Policy and Governance tahun 2013. Riset itu menyebutkan, sebagian konten media di Indoneisa didominasi oleh Jawa baik sebagai tempat maupun sebagai satu entitas kultural yang mencapai 69 persen.
Sebanyak 49 persen dari persentase 69 persen itu merupakan konten yang mengangkat isu yang berlangsung di Jakarta.
"Maka tidak mengherankan jika semua keresahan yang terjadi di Jakarta berubah menjadi keresahan nasional. Banjir yang berlangsung di Jakarta harus dilihat sebagai bencana nasional. Tensi politik yang tinggi yang mengiringi pemilihan gubernur Jakarta berdampak pada menaiknya suhu politik secara nasional," kata dia.
"Mati lampu yang berlangsung hanya beberapa jam di Jakarta langsung menjadi headline di koran-koran nasional dan menjadi topik talk show yang serius di berbagai stasiun TV," lanjut dia.
Ia menyatakan, fenomena semacam itu menimbulkan krisis representasi konten media. "Ini tentu saja bertolak belakang dengan prinsip demokrasi yang mengandaikan perlunya representasi warga negara dari Sabang sampai Merauke," ujar dia. (Kompas)