Mendag Enggar: Harga Telur dan Daging Ayam Berpotensi Naik Jelang Akhir Tahun
Font: Ukuran: - +
EEnggartiasto Lukita. ©2018 Merdeka.com/Arie Sunaryo
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Harga daging dan telur ayam berpotensi melonjak di akhir tahun ini. Lonjakan harga tersebut disebabkan oleh tingginya permintaan menjelang hari raya Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita mengatakan, permintaan warga akan meningkat menjelang dua perayaan besar tersebut. Ini merupakan kondisi lumrah yang hampir tiap tahun terjadi.
"Telur dan ayam ada potensi kenaikan harga," kata Mendag Enggar dalam Rapat Koordinasi Nasional Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga Barang Kebutuhan Pokok Menjelang Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 di Batam, Kepulauan Riau, Minggu (11/11).
Dia mengatakan, saat menjelang Natal dan Tahun Baru, kebutuhan masyarakat akan telur meningkat, sementara pasokannya dikhawatirkan menurun. "Supply-nya, saya khawatir berkurang, mudah-mudahan tidak, maka akan jadi persoalan," kata dia.
Oleh sebab itu Mendag Enggar meminta seluruh kepala dinas perdagangan untuk terus mengawasi kenaikan harga dua komoditas tersebut. Mendag Enggar menjabarkan, pemerintah sebenarnya sudah menerapkan strategi untuk menekan kenaikan harga telur, sejak komoditas itu mengalami penurunan harga beberapa waktu lalu.
"Saat harga telur turun, kami justru menaikkan harga batas bawah dan meminta pedagang retail modern membeli harga lebih tinggi sehingga para peternak tidak mengalami kerugian," kata dia.
Bila harga telur dibiarkan melemah, maka dia khawatir peternak memilih afkir dini, memotong ayam petelur. Pada akhirnya, pasokan telur berkurang dan harga akan meningkat lebih tinggi. "Kami meminta tolong koordinasi dengan pasar, membeli jangan terlalu rendah," kata dia.
Selain telur dan ayam, harga cabai merah dan cabai keriting juga berpotensi naik, dipengaruhi keterbatasan pasokan karena sudah memasuki musim hujan.
Sementara itu, secara keseluruhan menurut mendag, harga komoditas pangan relatif stabil, tidak terlalu mempengaruhi inflasi. Pasokan beras relatif mencukupi, demikian pula minyak goreng, daging, bawang putih dan bawang merah. "Kontribusi 'volatile food' tidak tinggi pada inflasi," tutup Mendag Enggar.